Ada Pesan dari Megamendung, Pemimpin Itu Harus Mengayomi

16 Agustus 2020, 11:48 WIB
MOTIF batik Megamendung memberikan pesan ketenangan dan pemimpin harus mengayomi.*/PARAMA GHALY /

ZONA PRIANGAN - Cirebon sebagai daerah pertemuan, masyarakatnya dikenal multietnis.

Jika dirunut sejarahnya, Cirebon yang disebut juga Caruban atau Sarumban (campuran) memang mempertemukan orang-orang dari Cina, India dan Arab serta tentu saja warga lokal.

Pertemuan dari berbagai etnis tersebut dibingkai dalam keharmonisan di semua perilaku kehidupan.

Baca Juga: Unik, Jumlah Kawanan Kera di Taman Kalijaga Tidak Pernah Berubah

Paksinagaliman yang menjadi ikonik Cirebon pun menggambarkan bagaimana keharmonisan kehidupan multi etnis itu berlangsung turun temurun.

Paksinagaliman yang terdiri atas Paksi (rajawali) menggambarkan etnis Arab, Naga (ular naga) melambangkan etnis Cina dan Liman (gajah) perwujudan dari etnis India.

Tidak heran pengaruh budaya Arab, Cina dan India sangat kental dalam kehidupan masyarakat Cirebon.

Baca Juga: Makam Besar Tan Sam Cay Kong Selalu Menarik Perhatian, Ternyata Punya Nama Muslim Mohammad Syafi’i

Termasuk dalam tradisi membatik khas Cirebon, motif-motif yang dibuat dipengaruhi budaya Arab, Cina, dan India.

Motif Macan Ali tidak bisa dibanah kalau itu pengaruh dari Arab (Islam), ada juga motif Mega Mendung dan Wadasan ini pengaruh Cina, sedangkan motif Kembang Teratai dan Kembang Kanigaran boleh jadi pengaruh dari India.

Menurut pengamat batik Cirebon, Made Casta, tradisi membatik pada awalnya dikerjakan anggota tarekat yang mengabdi kepada keraton sebagai sumber ekonomi untuk membiayai kelompok tersebut.

Baca Juga: Perjanjian Linggarjati, Belanda Ngotot Ingin Menguasai Bangunan Bekas Gubuk Janda Jasitem

Di Cirebon, para pengikut tarekat tinggal di Desa Trusmi dan sekitarnya seperti Gamel, Kaliwulu, Wotgali, Kalitengah, dan Panembahan, Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon.

Oleh karena itu, sampai sekarang batik Cirebon, identik dengan batik Trusmi. Masyarakat Trusmi sudah ratusan tahun mengenal batik.

Karena yang melakoni tradisi membatik merupakan anggota tarekat, maka hasil batik bukan sekadar karya seni dan industri.

Baca Juga: Saat Kolam Dikuras, Ikan Dewa di Cibulan Menghilang, Misteri Itu Belum Terpecahkan

Tapi ada simbol-simbol yang kental urusannya dengan keagamaan dan ada pesan yang disampaikan.

Ambil contoh di motif Megamendung yang sangat terkenal itu, ada cerita tentang perjalanan manusia. Megamendung juga perlambang keluasan dan keburuan.

Made Casta mengkemukakan, bentuk awan (mega) merupakan simbol dunia luas, bebas, dan transenden. Ada nuansa sufisme di balik motif itu.

Baca Juga: Cerita Munjul Bangke dan Misteri Cikurubuk Sekitar Waduk Darma Kuningan

"Filosofinya, megamendung menggambarkan tenang, adem, luas dan bisa diartikan pemimpin itu harus mengayomi," jelasnya.

Menurut Made Casta, kriya batik di samping sebagai media ekspresi estetik simbolik masyarakat pendukungnya, nyatanya juga dapat memberikan ladang kegiatan ekonomis sebagai salah satu bentuk matapencarian penduduk.

Meskipun pada tilikan lain seringkali konsumen batik ada yang tertarik justru karena sistem penandaan simbolis yang terkandung dalam motif batik.

Baca Juga: Waduk Jatigede, Kesurupan Massal dan Kuburan yang Ditenggelamkan

Akhirnya memang fungsi menyimpan simbol-simbol budaya pemenuhan kebutuhan estetis dan pemenuhan kebutuhan ekonomi seringkali berjalan seirama dalam denyut pertumbuhan dan perkembangan batik Nusantara.***

Editor: Parama Ghaly

Tags

Terkini

Terpopuler