ZONA PRIANGAN - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebelumnya menetapkan empat upaya pengendalian banjir dan abrasi yang tertuang dalam RPJMD 2017-2022.
Empat upaya itu adalah pembangunan tanggul laut dan muara sungai, pembangunan waduk atau naturalisasi dan normalisasi sungai, perbaikan tata kelola air, serta pembangunan integrated tunnel atau multipurpose tunnel.
Namun kemudian Anies mengubah rencananya mengatasi banjir di Jakarta. Dia menghapus program normalisasi dan menambah beberapa program.
Baca Juga: Pangdam IX Udayana dan Shopee Indonesia Bantu Tuntaskan Krisis Air Bersih di NTT
Baca Juga: Sebanyak 360 Warga Terdampak Banjir di Kabupaten Karawang Dievakuasi Tim SAR Gabungan
Ada juga rencana yang tetap, yakni naturalisasi, pembangunan tanggul laut, dan perbaikan tata kelola air.
Upaya mengatasi banjir dengan dihapusnya normalisasi, menuai berbagai dari berbagai pihak, termasuk yang kontra dan kritis terhadap kebijakan tersebut.
Sebagaimana diberitakan tasikmalaya.pikiran-rakyat.com sebelumnya dalam artikel: Jakarta Diguyur Hujan Ekstrem, Berikut Janji Anies Baswedan Saat Kampanye untuk Atasi Banjir
Anies Baswedan selaku Gubernur DKI Jakarta menyatakan, banjir yang terjadi di Jakarta diakibatkan karena curah hujan yang bersifat ekstrem.
Seperti kita maklumi, curah hujan ekstrem yang mengguyur Jakarta terjadi pada Sabtu, 20 Februari 2021.
“Kapasitas sistem drainase Jakarta itu berkisar 50-100 milimeter, bila terjadi hujan di atas 100 milimeter per hari maka pasti terjadi genangan,” jelas Anies Baswedan seperti dikutip dari ANTARA pada Minggu, 21 Februari 2021.
Anies Baswedan menjelaskan, berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pada Sabtu dini hari 20 Februari 2021 Jakarta diguyur hujan dengan intensitas di atas 150 milimeter.
Baca Juga: Sepuluh Jenis Pekerjaan yang Berpotensi Bisa Memicu Kanker, Diantaranya Pramugari dan Penata Rambut
“Di Pasar Minggu berdasarkan catatan BMKG itu, curah hujan sampai 226 milimeter, di Sunter Hulu 197 milimeter, di Halim sampai 176 milimeter, di Lebak Bulus 154 milimeter. Semua angka di atas 150 adalah kondisi ekstrim,” paparnya.
Sebelumnya saat maju dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta, Anies Baswedan sempat menyebutkan empat upaya yang akan dilakukannya apabila dirinya terpilih sebagai Gubernur.
Upaya tersebut dilakukan Anies untuk mengatasi banjir di Jakarta. Menurut Anies Baswedan, banjir yang terjadi di Jakarta bukan bencana alam, melainkan karena manajemen volume air.
Keempat poin tersebut disampaikan Anies Baswedan di dalam video di kanal YouTube Netmediatama yang diunggah pada 13 Desember 2016.
“Banjir ini bukan bencana alam, jadi soal manajemen volume air,” tutur Anies Baswedan seperti yang dikutip dari kanal tersebut.
Keempat upaya yang diusulkan Anies Baswedan yaitu: membereskan volume yang menuju Jakarta, agar lebih terkontrol.
Baca Juga: Harganya Bikin Kantong Jebol Tapi Tetap Dicari Orang, Ini Tanaman Hias Philodendron yang Unik
Kedua, Anies Baswedan akan membentuk gerakan membangun sumur-sumur resapan di Jakarta.
Ketiga, memastikan aliran air tidak terhambat, sehingga Anies Baswedan memastikan mulai dari gorong-gorong hingga sungai beres (tidak terhambat).
Keempat, terkait dengan muara, Anies Baswedan akan memastikan tidak terjadi sedimentasi yang berlebihan.
Baca Juga: Tanaman Hias Langka yang Diburu Para Pecinta Bunga di Dunia, Salah Satunya Ada di Indonesia
Oleh karena itu, berdasarkan penuturan Anies Baswedan jika dirinya terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta akan membangun lubang-lubang hidroponik yang akan dilakukan di setiap tempat.
“Yang mau kita bereskan di sini adalah memastikan sebanyak mungkin air masuk ke dalam, bukan sekedar dialihkan,” pungkasnya.*** (Saniatu Aini / tasikmalaya.pikiran-rakyat.com)