Memanfaatkan Batok Kelapa menjadi Kerajinan Wayang Unik

- 19 Juli 2021, 10:00 WIB
Maya berlin warga Kecamatan Panyingkiran Kabuapten Majalengka memperlihatkan kreasi tangannya membuat wayang dari bahan batok kelapa.
Maya berlin warga Kecamatan Panyingkiran Kabuapten Majalengka memperlihatkan kreasi tangannya membuat wayang dari bahan batok kelapa. /Zonapriangan.com/Rachmat Iskandar ZP

ZONA PRIANGAN - Maya Berlin (50) warga asal Desa Jatipamor, Kecamatan Panyingkiran, Kabupaten Majalengka menyulap batok (tempurung) kelapa  menjadi sebuah karya seni nan unik berupa wayang, dan jika dikembangkan serta dipoles lebih baik kemungkinan bisa bernilai ekonomi tinggi.

Namun walaupun baru di buat dan dimainkan di komunitasnya, wayang-wayang tersebut menarik minat penonton dari kalangan anak-anak hingga remaja yang pada umumnya tidak begitu menyukai tontonan wayang.

Wayang yang dibuat Maya hampir sekemuanya berupa wayangberwajah buta, dengan mata yang melotot tajam atau buncelik, perut buncit yang kata orang sunda bureuteu, sebagian berambut gimbal ada juga yang lonong (tanpa rambut) serta bibir tebal dan jeding, kalaupun bibir tipis namun jebleh atau sedikit ke bawah, sehingga wayang sedikit menyeramkan karena semua wayang ala buta.

Baca Juga: Inilah 4 Keutamaan Melaksanakan Ibadah Qurban

Wayang yang dibuatnya sudah belasan buah. Wayang-wayang tersebut dipajang di sanggar milik Maya Berlin dan sesekali dimainkan sambil ditonton anak-anak sekitar dan sejumlah komunitas seni lainnya di Majalengka.

Menurut keterangan Maya Berlin yang berprofesi sebagai guru Kesenian di SMP 1 Majalengka, wayang-wayang yang kesemuanya berbahan tempurung kelapa ini berawal saat dirinya yang hampir setiap hari membeli air kepala di pedagang kepala muda tak jauh dari rumahnya, untuk menjaga kondisi tubuhnya disaat pandemi.

Tempurung kelapa berserakan menjadi sampah yang menumpuk dan sulit dihancurkan, kalaupun laku dijual harus sudah kering kepada pedagang tahu, itupun harganya sangat murah dan baru diangkut setelah bertumpuk hingga berkarung-karung.

Baca Juga: 7 Fakta Seputar Manfaat Kopi Hitam yang Berkhasiat untuk Menurunkan Berat Badan

Bahkan disaat PPKM Darurat, konsumen tidak bisa minum ditempat dan terpaksa harus dibawa pulang ke rumah.

Dampaknya sampah tempurung kelapa menumpuk melebihi jumlah sampah lainnya, dan ketika dibuang atau diangkut armada sampah, bebannya cukup berat.

Disaat pembelajaran yang terus dilakukan melalui daring, Maya Berlin memngaku terus berpikir, jika batok dan sabut kelapa tersebut bisa menjadi sebuah karya seni. Hingga dia mencoba membuat sebuah wayang dari batok dan sabut kelapa tersebut.

Baca Juga: Mumbai Dilanda Hujan Deras dan Tanah Longsor 20 Orang Tewas, Curah Hujan Tertinggi sejak Juli 2010

“Sekarang semua orang tidak diperbolehkan makan di tempat termasuk kelapa muda. Karena seringnya sembeli air kepala bersama kulitnya, batok jadi menumpuk di rumah. Batok-batok yang masih bersabut ini dicoba dibuat wajah wayang dan sebagian sabutnya direkayasa menjadi rambut ,” kata Maya Berlin.

Wayang dari bahan Batok Kelapa.
Wayang dari bahan Batok Kelapa. Zonapriangan.com/Rachmat Iskandar ZP

Sedangkan badannya juga berbahan batok dan bagian bawahnya dibalut kain dengan aksesoris rumbai-rumbai.

Dibagian leher juga diberi aksesoris kalung. Untuk mata agar terlihat melotot dan lebih menyeramkan menggunakan mata besar, bola mata hitam.

“Semua wayang berbentuk buta, ini sekaligus untuk menunjukan kepada publik bahwa Corona itu menyeramkan. Ini sekedar berilustrasi, wayang inipun saya beri nama wayang Corona,” kata Maya Berlin.

Dia mengatakan, untuk membuat satu buah wayang dibutuhkan butuh waktu 5 menitan saja. Yang butuh waktu lama adalah menjemur sabut hingga kering mencapai dua 2 mingguan dengan cuaca bagus.

Baca Juga: Setelah Mengalami Perampokan, Wanita Ini Justru Diperkosa oleh Penolongnya

Wayang Plastik

Sebelumnya Maya Berlin juga pernah membuat alat kesenian band dan wayang dari bahan bekas, berupa limbah  plastik seperti botol shampo, jerigen, bekas oli dan sebagainya serta jerami.

Wayang buatannya sering dipentaskan di sekolah di hadapan anak didiknya bersama guru-guru di sekolah tersebut dengan ceritera yang disesuaikan dengan kondisi kekikian.

"Saya sering mementaskan kerajinan-kerajinan itu di depan anak-anak. Lewat ceritera dan  bahasa yang mudah dipahami akan lebih bisa ditangkap maksudnya oleh anak didik. Rencananya, jika KBM tatap muka kembali digelar, saya juga akan mensosialisasikan bahaya virus Corona dengan wayang Corona ini," ungkap Maya Berlin.***

Editor: Yudhi Prasetiyo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah