"▪︎cepat digarap. Biaya cepat melonjak. Maka dalam waktu cepat akan berubah jadi Monumen Tercepat...!!" kata Adhie M Massardi di tweet-nya.
Menurut Direktur Keuangan dan Manjemen Risiko Wijaya Karya Ade Wahyu bahwa saat ini pihaknya tengah melakukan perhitungan angka pasti dari pembengkakan nilai proyek besar-besaran sebagai imbas dari keterlambatan pembebasan lahan.
"Jadi cost over run masih digodok dari internal Kereta Cepat Indonesia China (KICC) dan sponsor saat ini sedang dalam tahap akhir, mungkin besaran nilai dari cost over run selesai pada bulan Oktober," kata Direktur Keuangan dan Manjemen Risiko Wijaya Karya Ade Wahyu.
Baca Juga: Roy Suryo Soroti Kenaikan Harta Pejabat Negara yang Meroket di Masa Pandemi Corona
Wijaya Karya adalah pemimpin konsorsium dari kepemilikan pemerintah Indonesia melalui PT Pilar Sinergi BUMN sebesar 60%. Hingga saat ini target pengoperasian kereta cepat ini belum berubah yakni pada akhir 2022.
Awalnya biaya proyek dari proyek yang melibatkan dua negara yakni Indonesia dan China ini mencapai US$ 6,07 miliar atau sekitar Rp86,5 triliun. Kemudian di tengah jalan biayanya membengkak antara US$ 1,7-2,1 sekitar Rp24-29,9 triliun setelah ada tinjauan dari konsultan yang dilakukan oleh KCIC.***