Refly Harun: Harusnya Komnas HAM Bertanya Darimana Kapolda Metro Jaya Punya Materi Press Conference

- 11 November 2021, 21:33 WIB
pakar hukum Refly Harun menanggapi materi press confrence Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran yang berbeda dengan Dirkrimum Kombes Tubagus Ade Hidayat.
pakar hukum Refly Harun menanggapi materi press confrence Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran yang berbeda dengan Dirkrimum Kombes Tubagus Ade Hidayat. /Tangkapan Layar Youtube.com/Refly Harun

ZONA PRIANGAN - Unggahan Pakar Hukum Tata Negara Refly Harun LIVE! HRS SERUKAN BOIKOT FADIL IMRAN! di kanal Youtube miliknya menanggapi Eks Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab yang menyerukan untuk boikot Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran.

Dalam seruannya tersebut, Habib Rizieq meminta simpatisannya tak mengundang Fadil Imran dalam acara apa pun.

Habib Rizieq menuding Irjen Fadil sebagai sosok penjahat HAM karena diduga terlibat pembunuhan enam Laskar FPI di Tol Jakarta-Cikampek KM 50.

Baca Juga: Rocky Gerung: Ada Persiapan Politik Untuk Sambut Pandemi Covid 19, Bisnis Farmasi Itu Demi Kepentingan Politik

Selain itu ahli dan pakar hukum tata negara Refly Harun pun menyoroti perbedaan keterangan materi press conference yang disampaikan Dirkrimum Kombes Tubagus Ade Hidayat dengan Kapolda Metro Jaya, Irjen Fadil Imran.

Kapolda Fadil, kata Refli, menyebut ada 10 laskar FPI yang terlibat tembak menembak dengan anggota polisi dan menyebabkan 6 orang meninggal dunia dan 4 lainnya melarikan diri. Refly heran kenapa pernyataan Kapolda berbeda dengan Dirkrimum Tubagus yang menyebut hanya 6 orang yang terlibat.

Menurut Refly, terus terang saja kalau menyinggung soal 6 laskar FPI ini ada banyak hal-hal yang membuat kita merasa akal sehat kita hilang walaupun sekarang ini sudah ada proses pengadilan terhadap dua tersangka yang satu sopir,pengendali yang diduga terjadi tadi pergulatan dan penembakan di mobil Xenia itu dan satunya lagi yang menembak, Tapi tetap saja kita bertanya-tanya.

Baca Juga: Luhut: Masyarakat Tidak Paham Bagaimana Upaya Pemerintah Menekan Harga PCR Serendah Mungkin

"Kenapa tidak ada satu orang pembesar pun yang dimintai pertanggungjawaban ? jadi seolah-olah tidak ada yang namanya command responsibility. Tanggung jawab hanya ditimpakan kepada tiga orang dan satu sudah meninggal dunia, tinggal dua lagi dengan catatan satu sekedar driver dan satu lagi yang melakukan penembakan,"ujarnya.

Kalau kita Jeli kita hanya mempermainkan logika saja maka memang materi konferensi pers itu jauh sekali dengan 3 fakta atau 3 konstruksi kasus yang kemudian berkembang.

"Pertama konstruksi kasus yang dibuat oleh Mabes Polri, kedua konstruksi kasus yang dibuat oleh Komnas HAM dan ketiga konstruksi kasus dalam dakwaan.

Baca Juga: Refly Harun: Jokowi Sudah Membebaskan Menteri-menterinya 'Jual Diri' Untuk Meningkatkan Elektabilitasnya

Ketiga konstruksi kasus itu tidak bicara tentang 10 orang, tidak ada cerita tentang 4 orang melarikan diri, tidak ada cerita tentang tembak-tembakan dan lain sebagainya dan 6 orang meninggal. Kata Refly, yang ada adalah cerita tentang mobil Xenia saya saja yang menghabisi 4 orang di dalam mobil itu, sementara dua lainnya yang sudah dianggap meninggal dalam kisah tembak-menembak.

Jadi kalaupun ada kisah tembak-menembak, maka menurut tiga versi itu menimpa 2 orang saja yang mati. Kata Refly, pertanyaannya adalah apakah benar terjadi tembak-menembak atau tidak ? itu yang jadi persoalan, karena ketika mobil itu distop di KM 50, penumpang-penumpangnya disuruh turun. Dua di antara lainnya entah mati entah kritis.

Kalau mereka memang memegang senjata tentu tidak begitu caranya untuk menyuruh mereka keluar, mungkin saja mereka ada pedang atau senjata yang bukan senjata api, tapi kalau senjata api bukan itu cara membuat mereka bertekuk lutut pasti harus dilumpuhkan terlebih dulu. ini ada 4 orang yang masih hidup di dalam mobil 2 udah mati atau udah sekarat Tetapi kan belum ada yang namanya penyitaan senjata api kalau memang ada.

Baca Juga: Febri Diansyah: Saya Tidak Yakin KPK Akan Mengusut Formula E dan Bisnis PCR, Hanya Omongan Saja atau Serius ?

Menurut Refly dari situ saja banyak keanehan. Sebenarnya ini kan berdasarkan keterangan dari saksi yang sudah dihadirkan yang mengatakan bahwa dia melihat petugas bercelana pendek kemudian menyuruh keluar penumpang yang ada di mobil Avanza Kalau tidak salah yang ditempati 6 orang, di mana mereka yang duduk di sebelah kiri itu diperkirakan ditembak atau sudah tertembak.

Jadi sebenarnya kalau kita mau mengusut kasus ini memang ya sebenarnya Komnas HAM harus bertanya dari mana katakanlah Kapolda Metro Jaya itu punya materi press conferencenya ?

"Karena kan tentu dia tidak mungkin mengarang sendiri. kalau dia mengarang sendiri namanya menyebarkan berita hoaxs. Tidak mungkin mengarang sendiri,"ujar Refly.

Baca Juga: Said Didu: Kondisi BUMN Saat Ini Dalam Banyak Masalah Bukan Merupakan Hasil Kerja Erick Thohir

apakah laporan itu ditujukan kepada dirinya ataukah melalui perantara misalnya bawahannya? Berarti ada sesuatu sehingga terjadi versi yang sangat berbeda versi Kapolda Metro Jaya yang mengatakan 10 orang, 6 tewas dalam tembak-menembak dan 4 melarikan diri. Itu saja kita sudah aneh sekali, dari jumlah orangnya saja sudah berbeda.

Disini saja banyak kejanggalan dan keanehannya. Jadi tidak heran kalau misalnya Mayjen soenarto kita dianggap bodo, tolol dan tuli. Memang tidak banyak yang berani berbicara soal ini tapi bagaimanapun, kalau kita mau kebenaran harus diungkap,"ujar Refly Harun.***

Editor: Yudhi Prasetiyo

Sumber: YouTube Refly Harun


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah