Usai memanjatkan doa, sebagian barang bawaan dari rumah masing-masing diambil oleh panitia kemudian nasinya disatukan kedalam satu wadah besar, demikian juga dengan lauk pauk disatukan kedalam satu wadah hingga aneka sayuran menyatu.
Semua makanan tersebut kemudian mereka nikmati setelah doa dipanjatkan. Sementara nasi yang dikumpulkan kembali dibagikan untuk mereka yang tidak sempat hadir serta untuk panitia dan jemaah yang melaksanakan solat duhur. Sementara tumpeng raksasa dipreteli oleh mereka yang hadir pada acara tersebut.
Salah seorang tokoh pemuda setempat Amin Alimi menyebutkan, sedekah bumi adalah tradisi petani di wilayahnya dan biasa digelar setiap tahun menjelang musim tanam rendeng. Budaya ini dilakukan secara turun temurun sejak nenek moyang mereka dan itu hampir dilakukan semua desa di Kecamatan Jatitujuh.
Tempat penyelenggaraan ada yang di ruas jalan perbetasan desa, ada yang di jalan menuju ke sawah, ada pula yang diselenggarakan di makam katuhun setempat.
“Sedekah bumi ini tradisi tahunan yang dilakukan para petani, acaranya semua petani bersama-sama membawa hasil bumi yang sudah diolah menjadi makanan berupa tumpeng dan aneka olahan lainnya, kemudian sebagian diarak menuju tempat digelarnya acara sedekah bumi,” ungkap Amin Halimi.
Hal senada disampaikan Kepala Desa Putridalem Endah Hendrawati, sedekah bumi digelar menajutkan tradisi leluhur di desanya. Ini sebagai wijud sukur petani bisa kembali memulai musim tanam di musim rendeng. Tahun ini curah hujan datang lebih awal sehingga sedekah bumipun digelar setelah hujan turun beberapa kali.
“Kami menggelar acara manakala hujan sudah turun lebih dari lima kali. Ini menandakan musim penghujan segera tiba dan petani bisa memulai menggarap lahan karena air sudha tersedian,” ungkap Endah.
Baca Juga: Ibu yang Menenggelamkan Tiga Anaknya hingga Tewas Telah Didakwa dengan Pembunuhan