Sampah di Banjarsari Habis, Diolah Jadi Pestisida yang Menyuburkan Tanaman

- 8 Juli 2020, 16:45 WIB
SEJUMLAH pemuda mengolah sampah lewat tungku pembakaran dan menjadi pestisida yang menyuburkan tanaman.*/TATI PURNAWATI/KABAR CIREBON
SEJUMLAH pemuda mengolah sampah lewat tungku pembakaran dan menjadi pestisida yang menyuburkan tanaman.*/TATI PURNAWATI/KABAR CIREBON /

ZONA PRIANGAN - Sejumlah anak muda di Desa Banjaransari, Kecamatan Cikijing, Kabupaten Majalengka berupaya mengolah aneka sampah organik dan anorganik dengan cara disuling menjadi pestisida yang bisa dimanfaatkan para petani holtikultura dan padi di wilayahnya.

Selain itu limbah abu dari pembakaran yang diolah dengan cara yang sangat sederhana ini dimanfaatkan menjadi pupuk organik oleh warga setempat.

Lewat pengolahan yang dilakukan anak-anak muda tersebut kini sampah yang bertahun-tahun menumpuk di pinggir Tempat Pemakaman Umum desa setempat benar-benar bersih, dan di bagian kini pinggir ditanami bunga.

Baca Juga: RSUD Subang Manjakan Pasien Covid-19

Mereka yang terlibat pada pengolahan sampah menjadi pestisida dan pupuk organik ini adalah Nana Sumarna (38) yang aslinya berasal dari Blok Malongpong, Desa Sukasari, Yanto Hermanto (42) warga Desa Jagasari, Tatang Hidayat (32) asal Desa Banjarannsari, Irpan Hilmi Sukamukto (23), Firman Fauzi Frdaus (22) keduanya asal Desa Cilijing serta Toto dan Didi.

Menurut keterangan Yanto dan Nana, pengolahan sampah ini berawal dari keprihatinannya terhadap kondisi sampah yang terus menumpuk bertahun-tahun.

Sebagian sampah masuk ke sawah petani sebagian ke areal pemakaman hingga menimbulkan bauk menyengat karena lahan TPS tersebut juga dekat dengan pemukiman penduduk.

Baca Juga: Ceker Mercon Neng Dinda, Dikenal di Kalangan Pegawai Negeri

Tidak ada pengangutan sampah ke TPS yang dikelola oleh pemerintah sehingga hampir seluruh warga membuang sampah ke lokasi di Blok Kondangsari, Desa Banjaransari atau asal dibuang di tempat lain dimana saja sesuka warga.

Anak-anak muda yang biasa berkumpul ini kemudian berembug dan kebetulan Nana yang memiliki pengalaman melihat tenaga dari LIPI mengungkapkan pembuatan tungku. Akhirnya mereka urunan untuk membuat tungku dan penyulingan dari bahan drum bekas.

“Kami papatungan beli drum bekas, besi siku dan baja kemudian membuat tungku yang biayanya mencapai Rp 3.500.000. Namun ongkos las hingga kini belum bisa dibayar,” ungkap Yanto.

Baca Juga: Ketua RW Berdarah-darah, Dibantu Dua Warga Lumpuhkan Perampok Berpistol

Setelah itu mereka langsung melakukan pembakaran sampah dan asapnya disuling hingga akhirnya sampah yang selama bertahun-tahun menumpuk bersih atau sekitar 30 kubik bisa bersih dalam kurun beberapa hari.

Produksi tungku pembakaran sampah itu sendiri setiap kali pembakaran mampu menampung hingga 1,5 kubik dengan waktu pembakaran selama 30-40 menitan dengan bahan bakar oli bekas.

Uniknya tungku ini bisa dipindah-pindah sehingga pembakaran sampah bisa dilakukan di mana pun.

SEJUMLAH pemuda mengolah sampah lewat tungku pembakaran dan menjadi pestisida yang menyuburkan tanaman.*/TATI PURNAWATI/KABAR CIREBON
SEJUMLAH pemuda mengolah sampah lewat tungku pembakaran dan menjadi pestisida yang menyuburkan tanaman.*/TATI PURNAWATI/KABAR CIREBON

Baca Juga: Gara-gara Seorang Cowok, Pertemanan Bebizie dan Wika Renggang

Dari 30 kubik sampah tersebut diperoleh pestisida sebanyak 8 liter. Pestisida ini sudah diuji coba ke tanaman holtikultura kentang dan wortel serta bawang daun.

Ternyata pestisida yang dihasilkan ampuh membasmi ulat dan kupu-kupu, gaang serta serangga lainnya hanya dalam hitungan detik.

Pestisida buatan mereka menurut Yanto kini dikemas dalam botol plastik berisi 200 mili liter dan dijual seharga Rp 25.000. Sejumlah petani sudah mulai meminati buatan mereka.

Baca Juga: Satgas Citarum Harum Ubah Sampah Plastik Menjadi BBM

Bahkan sebuah perusahaan yang memproduksi sadana produksi tani berupa obat-obatan berupaya mengajaknya untuk bekerja sama namun terlebih dulu meminta untuk dilakukan uji labolatorium serta izin produksi.

“Senin kemarin kami melakukan uji coba di kawasan holtikultura dan ternyata pestisida buatan kami ambuh membunuh serangga dan jamur. Untuk penggunaanya 100 mili pestisida buatan kami dicampur 15 liter air,” kata Nana.

Para anak muda ini menghendaki produksinya dilakukan uji lab sesegera mungkin agar jelas kandungan yang ada pada pestisida buatannya tersebut serta ingin memiliki hak paten jika itu secara ilmiah bisa dipertanggungjawabkan dan teruji.

Baca Juga: Pasien Chikungunya Enggan ke Puskesmas, Takut Disangka Penderita Covid-19

“Tapi untuk biaya itu kami belum ada, ongkos las saja belum kami bayar,” kata Nana.

Sementara itu Koordinator PPL di BPP Kecamatan Cikijing Tarya Bondiana menyebutkan pihaknya sudah mengetahui hal tersebut dan telah diujicobakan.

Namun dia memprediksi kandungan hasil penyulingan tersebut lebih kepada pupuk, demikian juga dengan limbah pembakaran yang menjadi pupuk organik.

Baca Juga: Gaji ke-13 PNS Akan Segera Cair

Tenaga Ahli Anggota DPR RI Majalengka Sutrisno, Sabungan Simatupang mengapresiasi kegiatan anak muda tersebut.

Ada beberapa hal yang diselesaikan oleh mereka diantaranya sampah dan lingkungan menjadi bersih, ada penemuan baru berupa pestisida walaupun belum diuji secara ilmiah melalui labolatorium.

Dan itu akan bermanfaat bagi para petani setempat dan para pemuda bisa terus mengembangkan inovasinya menjadi kegiatan bisnis.***

Editor: Parama Ghaly


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x