Puluhan Rumah di Ligung Majalengka Kebanjiran, Banyak Kendaraan yang Mogok

- 20 Februari 2023, 21:38 WIB
Pengendara sepeda motor terpaksa mendorong kendaraannya dan menerobos banjir Desa Leuweunghapit, Kecamatan Ligung, Kabupaten Majalengka terendam banjir setinggi 50 cm hinga 80 cm, Senin (20/2/2023).
Pengendara sepeda motor terpaksa mendorong kendaraannya dan menerobos banjir Desa Leuweunghapit, Kecamatan Ligung, Kabupaten Majalengka terendam banjir setinggi 50 cm hinga 80 cm, Senin (20/2/2023). /Zonapriangan.com/Rachmat Iskandar ZP

ZONA PRIANGAN - Ratusan rumah warga serta sekitar 100 hektare lahan sawah yang kondisinya mulai berisi di Desa Leuweunghapit, Kecamatan Ligung, Kabupaten Majalengka terendam banjir setinggi 50 cm hinga 80 cm, Senin (20/2/2023).

Banjir terjadi akibat luapan air sungai Cikamangi yang melintas di desa tersebut, setelah huja terus mengguyur wilayah Ligung serta air kiriman dari wilayah hulu yang airnya memgalir melalui sungai Cikamangi.

Fitri, Iwen, Endang dan Karyati warga setempat mengungkapkan, banjir mulai melanda wilayanya sekitar pukul 04.00 WIB, semula genangan air hanya dipekarangan namun 30 menit kemudian air langsung masuk ke dalam rumah mereka.

Baca Juga: Bangun Infrastruktur Fisik, Pemkab Majalengka Bersama TNI Jalin Kemitraan

“Air langsung menggenangi rumah, di rumah kami sampai setinggi kurang lebih 30 cm, di luar rumah setinggi 50 cm sampai 80 cm, “ ungkap Karyati yang mengaku hingga tidak bisa bekerja ke pabrik karena kondisi rumahnya banjir serta di jalan banjir hingg setinggi 80 cm, sepeda motornya mogok tak bisa melaju karena knalpotnya tertutup.

Fitri mengaku memaksakan diri berangkat ke kantor dengan memacu sepeda motornya menerobos banjir, sayang naas, ditengah banjir sepeda motornya tiba-tiba terhenti, mesinnya mati tak bisa di stater.

"Saya mau masuk kerja di pabrik di Ligung. Takut terlambat jadi saya buru buru dan menerobos jalan yang terendam banjir. Eh akhirnya motor mogok," ujar Fitri yang akhirnya sepeda motornya didorong warga.

Baca Juga: Polantas Majalengka Bagikan Coklat dan Bunga Mawar Kepada Pengendara Jalan

Kepala Desa Leuweunghapit, Kecamatan Ligung, Didi Suryadi mengatakan, luapan banjir yang terjadi berasal dari sungai Cikamangi yang persis berada di belakang rumahnya. Hal ini diduga akibat pendangkalan sungai serta kondisi sungai yang sempit.

“Jadi Sungai Cikamangi ini sejak lama selalu menjadi persoalan, air selalu meluap, persoalannya akibat dangkal dan sempit. Beberapa tahun terakhir dilakukan normalisasi, dikeruk dan diperlebar, pinggir sungai di sender.” ungkap Didi.

Sayangnya menurut Didi, pelaksanaan normalisasi sungai ini tidak tuntas masih tersisa sekitar 50 meteran, letaknya persis dibelakang rumahnya. Akibatnya ketika hujan dengan intensitas tinggi di wilayah hulu air tetap meluap karena tidak mampu menampung kiriman air.

Persoalan lainnya menurut Kepala Desa, sekarang ini di Desa Ampel dibangun tutupan (bendungan dan pintu irigasi), ketika hujan deras dan kiriman air besar pintu air di bendung irigasi kurang besar karena menurut Didi harusnya pintu dibuka lebar agar air langsung masuk ke Sungai Cimanuk.

Baca Juga: HUT Partai Gerindra ke 15 di Majalengka, Berdiskusi hingga Salurkan Sembako

“Sebelum ada tutupan, kondisi air tidak separah sekarang, hal ini diperparah lagi oleh pelaksanaan normalisasi yang tidak tuntas, akibatnya air tidak bisa mengalir dengan lancar dan malik tah cai ka pemukiman,” ungkap Didi.

Yang paling berdampak terhadap kerugian menurut Kepala Desa akibat banjir kali ini adalah terendamnya areal sawah sekitar 100 hentaran dari total luas sawah di wilayahnya sekitar 240 hektare. Saat ini kondisi tanaman padi tengah berisi. Karena derasnya air ke sawah sebagian areal sawah diperkirakan akan rebah dan rusak.

Terendamnya tanaman juga akan berpengaruh terhadap kondisi perkebangan bulir padi dan tanaman. Terlebih air bercampur lumpur.

“Dengan terendam saja tanaman akan sulit bernafas, setelah terendam bulir dan daun terkena lumpur ini akan sulit berkembang, bisa jadi bulir yang harusnya berkembang besar menjadi kecil karena kulit tetutup lumpur, bahkan kalau terlalu lama terendam bisa hampa,” ungkap Kepala Desa Didi yang berharap BBWS bisa menuntaskan normalisasi sungai yang tinggal tersisa 50 meteran serta ada solusi di bendung irigasi Ampel agar air mengalir lancar ke Cimanuk. Karena menurutnya Banjir tak hanya berdampak terendamnya pemukiman, pesawahan juga terjadi gangguan hubungan arus pendek listrik yang cukup membahayakan dan merusak barang elektronik.***

Editor: Yudhi Prasetiyo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x