Ini berarti akan menjauh dari lokasi sistem tata surya kita.
“Jika benar-benar ada lubang hitam supermasif berada di dekat kita, kita masih bisa mendeteksi keberadaannya dari pergerakan bintang-bintang terdekat,” tambah Dr Ricarte.
Sementara lubang hitam reguler, yang terbentuk dari runtuhnya bintang-bintang, biasanya memiliki massa sekitar 5-20 kali matahari, sementara yang super raksasa bisa jutaan atau bahkan miliaran kali lebih berat.
Lubang hitam super raksasa biasanya ditemukan di jantungnya galaksi, beraksi sebagai jangkar untuk pusaran masa gas, debu, bintang, planet, dan benda langit di sekitarnya.
Bima Sakti, contohnya, berputar mengelilingi salah satunya yang disebut Sagitarius A*.
Dalam studi baru mereka, Dr Ricarte dan koleganya menjalankan serangkaian simulasi kosmologi yang disebut “Romulus” untuk menjejak bagaimana lintasan lubang hitam yang berkeliaran mungkin terjadi miliaran tahun lalu.***