Menurut spaceweather.com, pengamat matahari pertama kali melihat filamen pada 12 Juli, ketika mereka muncul sebagai untaian seperti benang gelap dengan latar belakang cerah Matahari.
Tiga hari kemudian, NASA's Solar Dynamics Observatory mencatat letusan sebagai filamen gelap magnet yang ditarik keluar dari atmosfer matahari, mengukir 'ngarai api' raksasa, tulis para ahli di spaceweather.com.
Baca Juga: Saat Kolam Dikuras, Ikan Dewa di Cibulan Menghilang, Misteri Itu Belum Terpecahkan
Ngarai api diamati memiliki kedalaman sekitar 20.000 kilometer, dan panjang sekitar 384.400 kilometer.
Ngarai menelusuri saluran di mana untaian itu ditangguhkan oleh kekuatan magnet di atas permukaan Matahari sebelum ketidakstabilan menyemburkan ledakan Matahari tepat ke arah Bumi.
Tamitha Skov, seorang fisikawan cuaca luar angkasa, menulis di Twitter "Filamen panjang seperti ular berguling-guling dari Matahari dalam balet yang menakjubkan."
Baca Juga: Misteri Keturunan Alien, Dua Bocah Berkulit Hijau Ditemukan di Desa Woolpit, Inggris
"Orientasi magnetik badai matahari yang diarahkan ke Bumi ini akan sulit diprediksi. Kondisi tingkat G2 (mungkin G3) dapat terjadi jika medan magnet badai ini berorientasi ke selatan!"
Badai geomagnetik G-3 tergolong kuat, dan menurut NASA, badai tersebut akan menyebabkan gangguan pada daya dan dapat mengacaukan satelit orbit bumi rendah.
Filamen surya adalah untaian gas atau plasma listrik raksasa yang mengapung di sekitar atmosfer Matahari, dipengaruhi oleh medan magnetnya yang kuat.