Hutan Mati Tidak Seseram yang Dibayangkan

9 Agustus 2020, 07:21 WIB
HUTAN Mati menjadi salah satu daya tarik di kawasan Gunung Papandayan.*/PARAMA GHALYA/ZONAPRIANGAN.COM /

ZONA PRIANGAN - Gunung Papandayan masih menjadi andalan Kabupaten Garut untuk menarik wisatawan.

Bukan hanya pendaki profesional yang sering menjajal gunung dengan ketinggian 2.665 meter di atas permukaan laut (MDPL) itu.

Tapi banyak juga pendaki pemula, atau wisatawan yang ingin mencari hiburan dengan berkemah di kawasan Gunung Papandayan.

Baca Juga: Persaingan Kakak Beradik di Persib Bandung, Ada yang Bersinar, Ada yang Langganan Bangku Cadangan

Banyak area Gunung Papandayan yang sangat menarik, selain bekas kawahnya yang masih mengepulkan asap belerang, ada juga kawasan edelwiss dan Hutan Mati yang sering membuat penasaran.

Namun, sebagian wisatawan lain punya niata utama berkemah di puncak Gunung Papandayan dengan menikmati cuaca dingin.

Sebelum berkemah di sana, ada baiknya menyiapkan beberapa perlengkapan, bisa membawa sendiri atau memanfaatkan jasa penyewaan.

Baca Juga: Sudah Merasakan Goyangan hingga Menjerit-jerit, Kok Bayarnya Cuma Rp 2.000,00

Minimal membawa jaket anti basah, karena cuaca di kawasan Gunung Papandayan bisa berubah mendadak dan sering turun hujan.

Di jalur perlintasan menuju puncak, memang banyak tempat (pos) untuk berteduh. Tapi tidak ada jaminan kita aman dari guyuran hujan.

Tempat favorit wisatawan untuk berkemah, yakni base camp Ghober Hoet atau Pondok Saladah.

Baca Juga: Jadi Jurnalis Mengenakan Jilbab, Amanda Rawles: Ini Pengalaman Pertama

Untuk para wisatawan jangan terlalu bernafsu mencapai puncak, ada baiknya perjalanan diatur sesantai mungkin.

Kalau merasa capek ya istirahat, sudah punya tenaga, boleh kembali melanjutkan perjalanan.

Tidak perlu malu-malu untuk berhenti setiap 10 menit sekali saat melangkah. Itu demi keamanan dan mengukur kemampuan diri sendiri.

Baca Juga: Pembelian Tidak Melonjak, Harga Emas Tidak Berubah

Jangan menggedekan nafsu untuk cepat-cepat sampai di puncak. Bila ada pendaki lain yang menyalip perjalanan kita, tidak masalah, biarakan saja.

Oh ya, pendakian di Gunung Papandayan tidak seseram yang dibayangkan. Jauhkan pikiran akan menemui jalur-jalur yang rumit. Semua jalur yang dilintasi sangat menyenangkan.

Bahkan, bagi mereka yang pemalas pun, banyak pilihan. Contoh, kalau mau cepat sampai di satu titik tujuan, bisa menggunakan motor sewaan. Banyak warga setempat yang menawarkan jasa ojek.

mobiBaca Juga: Lagi Sering Terjadi Mobil Terbakar, Ini Tujuh Langkah yang Harus Dilakukan Pemilik Kendaraan

Harga yang ditawarkan pun relatif murah. Dari titik awal pendakian (pos camp david) ke pos kedua atau tukang ojek menyebut wilayah kawah, tarif yang dikenakan Rp 10.000,00. Tarif akan bertambah mahal, saat lokasi yang dituju semakin jauh.

Pilihan lain bagi pendaki yang malas, bisa memanfaatkan jasa angkut barang. Untuk mengangkut barang bawaan pendaki, warga setempat tetap menggunakan kendaraan motor.

Tidak sedikit pendaki yang menitipkan barang bawaan ke jasa tukang ojek. Untuk masalah ini, tukang untuk menawarkan tarif Rp 150.000,00.

Baca Juga: Menyapa Bintang Sinetron, Punya Kesempatan Raih Hadiah Ratusan Juta

Barang akan dikirim sesuai permintaan, sementara pendaki bisa melakukan perjalanan tanpa membawa beban.

Pokoknya, para pendaki ke Gunung Papandayan, bisa sangat bermanja ria. semua kebutuhan para pendaki sudah tersedia, tinggal sediakan saja dana untuk penyewaaan.

Mulai dari peralatan berat semacam tenda, atau barang yang remeh temeh seperti senter, semua ada penyewaannya. Tinggal pilih dan ada daftar harganya yang relatif terjangkau.

Baca Juga: Sekolah Libur Panjang, Pelaku Usaha Jasa Antar Jemput Siswa Kini Menderita

Selama perjalanan, rute yang dilintasi wisatawan sebagian besar alam terbuka. Medannya merupakan batuan.

Dari pos kedua sampai pos kelima, tercium bau belerang yang menyengat.

Di pos lima, para pendaki bisa istirahat lebih leluasa. Mereka yang ingin menjalankan ibadah shalat, tersedia mushola mini.

Baca Juga: Curug Putri Sering Disebut Lokasi Turunnya Dewi Kahyangan

Di tempat ini pula pendaki bisa mendapati pedagang yang menempati sejumlah warung.

Jadi, sebenarnya perbekalan yang dibawa pendaki tidak perlu banyak. Kebutuhan untuk mengisi perut, ternyata dengan mudah diperoleh selama perjalanan.

Dari pos inilah, para pendaki dihadapkan dua pilihan. Mau meneruskan perjalanan lewat jalur tangga berundak, atau memilih jalur tradisional.

Baca Juga: Pemirsa Bisa Adu Akting dengan Pemain Sinetron Samudra Cinta

Jika pilihan pertama yang akan dilalui, yakni Hutan Mati, Tanaman Edelwiss dan Pondok Saladah.

Jika melalui jalur tradisional, pendaki akan melewati sungai, hutan lindung, diarahkan ke Bukit "U", tiba di base camp Ghober Hoet dan bisa melanjutkan ke Pondok Saladah.

Jalur tradisional yang sedikit menantangdibandingkan perjalanan lewat tangga berundak. Dari Pos 5 terlihat celah bukit yang membentuk huruf U. Perjalanan ke sana sedikit menguras tenaga.

Baca Juga: Ducati Monster 1200 25° Anniversario

Setelah mencapai base camp Ghober Hoet, wisataan bisa beristirahat. Ada sarana ibadah dan warung-warung yang menyediakan makanan.

Wisatawan yang bermalam di Ghober Hoet memang lebih sedikit. Sebagian besar wisataan mendirikan tenda di Pondok Saladah.

Namun pilhan bermalam di Ghober Hoet punya keuntung karena pagi bisa mendapatkan sun rise. Dari sejumlah pengalaman pendaki, lokasi base camp Ghober Hoet sangat indah kali menjelang matahari terbit.***

Editor: Parama Ghaly

Tags

Terkini

Terpopuler