Baca Juga: Seekor Anjing Mati oleh Tiga Pukulan Sayap Angsa, Terjadi di Valley Country Park
Dalam tradisi tersebut pengendara berkuda saling melempar tombak untuk menyuburkan tanah dengan darah manusia.
Tombak-tombak itu kini tumpul namun korban jiwa pengendara dan penonton masih saja terjadi.
Petrus Ledibani, asisten manajer kandang di Nihi Sumba, sebuah resor mewah yang menawarkan berbagai kegiatan berbasis kuda, mengatakan ketika ayahnya masih muda, setiap anak Sumba bisa naik.
Baca Juga: Burung Hantu Ketahuan Memangsa Itik Mallard
“Tetapi sekarang banyak anak Sumba yang bahkan tidak pernah duduk di atas kuda,” katanya.
Tetapi orang Sumba, yang menganut Katolik atau Islam yang dibumbui dengan animisme, menemukan banyak kegunaan lain untuk kuda poni Cendana.
Di antaranya, untuk transportasi, simbol status, pembayaran mas kawin, pengorbanan untuk pemakaman dan sebagai kendaraan untuk menyimpan kekayaan.
Pada 1930-an, penjajah Belanda memperkenalkan pacuan kuda bergaya sirkuit ke pulau itu.