Peternak Bebek Makin Sedikit, Usaha Telur Asin Ibu Suryati Terancam

4 Agustus 2020, 14:44 WIB
IBU Suryati memproduksi telur asin dengan brand Mawar.*/PARAMA GHALY/ZONAPRIANGAN.COM /

ZONA PRIANGAN - Ibu Suryati (62) merupakan generasi ketiga yang menekuni usaha keluarganya dalam pembuatan telur asin.

Walau dihadapkan pada gempuran krisis ekonomi. Ibu Suryati masih bisa bertahan memproduksi telur asin sekaligus memasarkannya.

Kendala utama yang kini dirasakan Ibu Suryati, makin sulitnya mencari bahan baku berupa telur bebek (itik).

Baca Juga: Satgas Citarum Harum Kembangkan Taman Edukasi untuk Ketahanan Pangan

Pasalnya, di daerah dia merinstis usaha telur asin, yakni Kampung Rancacili Kelurahan Derwati Kecamatan Rancasari Kota Bandung, sudah jarang warga yang beternak bebek.

Padahal, pemesanan teluar asin produksi Ibu Hayati dengan brand "Mawar", tiap hari selalu ada.

Sementara bahan baku yang didapat semakin menipis dan sulit didapat.

Baca Juga: Konsumsi Sari Tebu dan Air Zam-zam, Sekretaris MUI Sembuh dari Covid-19

Ibu Hayati mengatakan, dia melakoni usaha telur asin ini dari keluarganya secara turun temurun.

Dia memperoleh teknik pembuatan telur asin yang diturunkan dari kakek-neneknya dan berlanjut ke kedua orangtuanya.

Kini Ibu Suryati yang biasa dipangil ibu Yayat sudah 35 tahun menggeluti usaha telur asin. Dia mengalami pasang surut usahanya.

Baca Juga: Risma Menghilang Misterius, Orang Pintar: Masih Ada di Banjar

Dulu di awal-awal usaha, mendapatkan bahan baku telur bebek gampang. Soalnya di lingkungan Rancacili banyak yang pelihara bebek.

"Ada beberapa yang yang bertani sambil beternak bebek. Tapi generasi sekarang sedikit saja yang mau beternak bebek," tutur Ibu Suryati.

Menurut Suryati, karena sulitnya mendapatkan bahan baku, kadang ada beberapa pesanan dalam jumlah besar terpaksa tidak terpenuhi.

Baca Juga: Sisi Lain Pemain Persib, Cucu Hidayat Senang Main Biliar, Yusuf Bachtiar Jago Main Bulutangkis

Jadi selama ini, produksi hanya untuk memenuhi penjualan sehari-hari keliling kampung.

Suryati mengungkapkan, dalam sehari dirinya bisa menjual 150 hingga 200 butir.
Dia berkeliling mulai pukul 07.00 dan tidak sampai tengah hari sudah habis. Telur asin buatannya memang sudah dikenal sejumlah pelanggan.

Suryati menjajakan telur asin, selain di Kampung Rancacili, juga ke kompleks Nuansa Indah, Saluyu Indah, Kemakmuran, Keadilan, dan Sentosa.

TELUR asin

Baca Juga: Harga Emas Antam 1 Gram Sudah Tembus Rp 1 Juta Lebih

Saat berkeliling, bukan hanya telur asin yang ditawarkan, tapi juga telur bebek dalam bentuk masih mentah.

Soalnya ada juga pelanggan yang pesan telur bebek mentah. Biasanya untuk campuran jamu. Ada yang punya keyakinan, makan merah telur bebek bisa menambah stamina.

"Tapi saya sedikit saja bawa telur bebek mentah, pembeli lebih banyak memilih telur asin," ucapnya.

Baca Juga: Ada Bara Antara Viking, The Jack dan Aremania, kalau Sama Bonek Akur

Proses pembuatan telur asin yang dilakukan Suryati terbilang masih sederhana.
Dia masih menggunakan adonan abu gosok yang sudah diaduk dengan air garam.

Telur bebek pilihannya yang sudah diampelas kemudian dimasukan kedalam adonan abu gosok dan air garam.

"Orangtua saya dulu mengajarinya begitu. Setelah diperam beberapa hari, telur tersebut baru dikukus. Alhamdulillah sampai sekarang hasilnya selalu bagus. Belum ada pelanggan yang komplen," ujarnya.

Baca Juga: Perjanjian Linggarjati, Belanda Ngotot Ingin Menguasai Bangunan Bekas Gubuk Janda Jasitem

Cuma sekarang, lanjut Suryati, repot mendapatkan bahan baku. Kadang selang dua hari baru mendapatn 300 butir.

sementara penjualan sehari bisa mencapai 150 butir. Untuk mendapatkan bahan baku telur bebek mentah, Suryati tinggal menunggu kiriman dari para peternak.

Kini dia khawatir karena jumlah peternak bebek di lingkungannya makin berkurang.

Baca Juga: Waduk Jatigede, Kesurupan Massal dan Kuburan yang Ditenggelamkan

Soal kualitas telur asin Mawar memang diakui sejumlah pelanggan. Seperti dituturkan Ibu Triastuti, rasa telur asin Mawar sangat pas di lidah. Tidak pernah mendapatkan telur yang buruk dari Ibu Suryati.

"Tidak sepah, tidak terlalu asin. Selalu pas. Jadi anak-anak juga merasa cocok. Sering dimakannya saat untuk sarapan. Kalau gak sempat masak, ya sarapannya makan telur asin Mawar," tambah Triasturi.

Pelanggan lain, Ibu Heni mengungkapkan kalau keluarganya sejak lama mengkonsumsi telur asin Mawar. Setelah mencicipi telur asin Mawar, keluarganya serasa tidak bisa menerima telur asin lainnya.

Baca Juga: Curug Putri Sering Disebut Lokasi Turunnya Dewi Kahyangan

"Sudah jadi pilihan utama. Telur asin mawar rasanya tidak pernah mengecewakan. Yang kami lebih suka lagi, kalau dibelah telur asin Mawar warna merahnya cerah seperti berminyak. Itu yang membuat ketagihan," pungkasnya.***

Editor: Parama Ghaly

Tags

Terkini

Terpopuler