Petani Menjerit, Harga Garam Cuma Rp 150,00/Kilogram

- 8 Juli 2020, 06:10 WIB
FOTO ilustrasi petani saat melakukan panen garam.*/DOK. ZP
FOTO ilustrasi petani saat melakukan panen garam.*/DOK. ZP /

ZONA PRIANGAN – Petani garam Kecamatan Krangkeng Kabupaten Indramayu mendatangi gedung DPRD meminta wakil rakyat yang ada di Komisi II membantu mendongkrak harga garam, Selasa 7 Juli 2020.

Petani garam lokal yang tergabung dalam aliansi petani garam Kecamatan Krangkeng itu diterima oleh anggota dan Ketua Komisi II, Dalam,SH.,KN., perwakilan dari Diskanla, Edi Umaedi, Perwakilan dari Diskopdagin, Yahya, serta sejumlah staff Setwan, di ruang sidang utama gedung DPRD Indramayu.

Petani garam mengadu kepada wakil rakyat, bahwa usahanya terancam gulung tikar, dimana harga garam hasil panen harganya turun drastis.

Baca Juga: Sudah Bersih dari Limbah, Sungai Citarum Enak untuk Mancing

Ketua aliansi petani garam Kecamatan Krangkeng, Hasyim Asyari mengatakan, harga garam lokal saat ini sudah mencapai titik terendah sejak Tahun 2017 lalu.

Dari semula harga garam lokal perkilo Rp 4.000,00 kini di tahun 2020 hanya dihargai perkilonya antara Rp 150,00 hingga Rp 400,00.

Sedangkan biaya produksi garam masih terbilang tinggi dan setiap kali panen garam terbebani lagi dengan biaya angkut dari lokasi tambak ke gudang tempat penyimpanan garam.

Baca Juga: Raffi Ahmad dan Andre Taulany Ingin Membeli Pesawat

Saat ini para petani garam khususnya di Kecamatan Krangkeng menjerit karena harga garam terus menurun.

Bahkan ironisnya lagi selain harga garam murah, pembayaran penjualannya pun telat hingga satu bulan berikutnya.

"Untuk itu kedatangan kami di gedung DPRD menemui wakil rakyat meminta bantuan solusi agar harga garam lokal kembali stabil,“ kata Hasyim.

Baca Juga: Telolet, Telolet, Telolet, Konvoi Bus Menandai New Normal

Ketua Komisi II DPRD Indramayu, Dalam,SH.,KN., dalam pertemuan ini meminta kepada para petani garam untuk terus aktif berkomunikasi dengan Diskanla dan Diskopdagin.

Dengan adanya komunikasi, permasalahan harga garam yang turun drastis ini bisa dicarikan solusinya, termasuk berupaya mencegah garam impor masuk wilayah Indramayu demi stabilisasi harga garam lokal.

“Sepertinya para petani garam ini mesti lebih mengintensifkan lagi komunikasi dengan pihak Diskanla dan Diskopdagin terutama komunikasi tentang upaya mendongkrak kembali harga garam lokal dipasaran, syukur-syukur ada program Pemerintah yang bisa membuat petani garam sejahtera,” kata Dalam.

Baca Juga: Kasek SMAN 18 Bantah Tahan Ijazah Siswa Karena Belum Bayar Iuran

Sementara itu perwakilan dari Diskanla, Edi Umaedi mengatakan, luas lahan tambak garam di Kabupaten Indramayu sekira 2.700 hektar, dari semula menghasilkan garam 60 ribu ton per hektare permusim, kini sudah mencapai 130 ribu ton per hektare per musim dan stok garam di gudang garam kini sudah mencapai 183 ribu ton.

Meski demikian, kata Edi, pembinaan terhadap petani garam tetap dilakukan pihak Diskanla.

Di antaranya melalui program integrasi garam yakni kepemilikan lahan tambak garam minimal dua orang dan luas lahan minimal 15 hektare.

Baca Juga: Garut Merasa Sudah Hijau, Status dari Jabar Masih Kuning

Selain itu pihak Diskanla juga menerapkan program pemberdayaan usaha garam rakyat (PUGAR), dalam program ini kelompok petani garam akan mendapat paket bantuan dari Pemerintah yang diantaranya bantuan alat pengolah garam krosok menjadi garam meja.***

Editor: Parama Ghaly


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x