Sepuluh orang tewas akibat asfiksia kompresif, termasuk seorang bocah laki-laki berusia 10 tahun.
Tragedi ini memicu gelombang gugatan hukum terhadap Travis Scott dan para penyelenggara festival, termasuk perusahaan hiburan raksasa Live Nation, yang bergabung dengan Ticketmaster pada tahun 2010.
Para penggugat menyatakan bahwa Travis Scott, Live Nation, dan lebih dari dua puluh terdakwa lainnya membiarkan terlalu banyak orang masuk ke tempat acara meskipun mengetahui risikonya karena mereka ingin konser tersebut terlihat penuh.
Setidaknya 4.900 penggemar terluka, menurut pengacara yang mewakili korban dalam gugatan terhadap Travis Scott dan para penyelenggara.
Kasus-kasus tersebut telah digabungkan dalam pengadilan negara bagian Texas dalam proses yang dikenal sebagai multidistrict litigation, yang menyederhanakan penyelesaian gugatan serupa.
Baca Juga: Konser Rapper Travis Scott Ricuh, Delapan Orang Tewas dan Korban Lainnya Terkena Serangan Jantung
Keluarga salah satu korban yang tewas telah menyelesaikan gugatan dengan Travis Scott, Live Nation, dan pihak lain dengan syarat yang tidak diungkapkan pada bulan Oktober 2022.
Gugatan lain masih tertunda, termasuk kasus yang diajukan oleh keluarga bocah laki-laki berusia 10 tahun yang tewas.
Pengacara Robert Hilliard, yang mewakili keluarga tersebut, mengatakan dalam pernyataannya pada hari Kamis bahwa "pertanggungjawaban pidana dan perdata sama-sama penting untuk memastikan bahwa mereka yang bertanggung jawab atas kehilangan nyawa tak berdosa memahami kerusakan permanen yang mereka timbulkan bagi keluarga korban.***