Ia menceritakan serombongan prajurit Yunani pada 401 SM melewati Turki. Setelah memakan madu yang dicuri dari sarang lebah sepanjang rute, mereka muntah, diare, menjadi linglung dan tidak bisa berdiri.
Tetapi, seperti diceritakan Vaughn Bryant, seorang pakar madu dan profesor antropologi, para prajurit tersebut pulih di hari berikutnya.
Para konsumen modern menggambarkan efek yang sama bila mengkonsumsi madu ini dalam jumlah yang berlebihan.
Pada 69 SM, tercatat bahwa tentara tangguh Pompey menjadi korban dari jebakan madu ini di kawasan yang sama.
Prajurit setempat meletakkan madu di sepanjang rute musuh, dan kemudian menyerang dan membantai para prajurit yang tengah mabuk akibat memakan madu ini.
Madu gila tidak digunakan untuk kuliner. Turki dan Nepal, pusat produksi madu gila, secara tradisional mengolah madu ini sebagai obat.
Dipercaya bisa mengurangi darah tinggi, menyediakan energi, dan menjadi pemanis untuk obat Viagra.
Sebagai hasilnya, madu gila merupakan madu yang paling mahal di dunia. Dijual $60 hingga $80 dolar (Rp896 ribu hingga Rp 1 juta lebih) satu pon di pasar gelap sejumlah negara Asia.***