Waduh, Kok Bisa Penerima Vaksin Pfizer Alami Lumpuh Wajah, Apa Ini Karena Vaksin Covid-19?

12 Desember 2020, 19:08 WIB
Waduh, Kok Bisa Penerima Vaksin Pfizer Alami Lumpuh Wajah, Apa Ini Karena Vaksin Covid-19? /NDTV.com

ZONA PRIANGAN - Menjelang pertemuan Komite Penasihat Vaksin dan Produk Biologi Terkait (VRBPAC) pada 10 Desember 2020, sebuah dokumen yang dirilis pada 8 Desember lalu mengungkapkan empat kasus penerima vaksin Covid-19 dari Pfizer mengalami Bell's palsy atau lumpuh pada otot wajah sehingga sisi wajah tampak melorot.

Mengapa hal ini bisa terjadi dan apakah berhubungan antara kondisi tersebut dengan vaksin Covid-19?

Dikutip ZonaPriangan.com dari Antara, pakar neurologi di David Geffen School of Medicine di UCLA, Jason D Hinman menjelaskan, Bell's palsy disebabkan oleh kerusakan pada saraf kranial ketujuh yakni salah satu saraf wajah.

Baca Juga: Manjakan Fans KPop, Shopee Boyong Stray Kids dan GOT7 Tampil di TV Show Shopee 12.12 Birthday Sale!

Baca Juga: Inggris Keluarkan Peringatan Alergi Pada Vaksin Pfizer Setelah Reaksi yang Merugikan

"Ini bisa terjadi akibat trauma, tetapi lebih sering terjadi karena infeksi virus pada saraf itu sendiri," kata Hinman seperti dilansir Antara dari Health, Jumat 11 Desember 2020.

Menurut National Institute of Neurological Disorders and Stroke (NINDS) menyebut kondisi ini bisa dialami orang-orang dari segala usia.

Faktor risikonya itu termasuk kehamilan, preeklamsia, obesitas, hipertensi, diabetes, dan penyakit saluran pernapasan atas.

Baca Juga: Terungkap, Inilah Efek Samping Vaksin Covid-19, Mulai Sakit Kepala hingga Demam

Melihat dari sisi gejala, Bell's palsy biasanya hanya memengaruhi satu sisi wajah, tetapi bisa juga kedua sisinya.

Gejala ini bervariasi tetapi umumnya satu sisi wajah tiba-tiba terasa lemah, kelopak mata atau sudut mulut yang terkulai, air liur yang keluar, ketidakmampuan untuk menutup mata atau mulut, perubahan rasa, dan keluarnya air mata yang berlebihan.

Tiba-tiba gejala tersebut muncul dan mencapai puncaknya dalam 72 jam. Dalam kondisi yang lebih parah bisa membuat penderita lumpuh total.

Baca Juga: Vaksin Covid-19, Sinovac Buatan Cina Masuk Indonesia, Jokowi: Aman Sudah Diuji di Bandung

Adakah hubungannya dengan vaksin COVID-19?

Hinman menjelaskan, ia tak yakin kondisi ini bisa disebabkan Sars-Cov-2 atau virus yang menyebabkan Covid-19 ataupun vaksinnya.

"Saya tidak dapat membuat hubungan langsung dengan vaksin dan menduga ini kebetulan. Angka kejadian Bell's palsy kira-kira 20 dari 100.000 orang. Sementara studi Pfizer memeriksa 38.000 pasien, jadi empat kasus Bell's palsy disebut berada dalam insiden normal yang diamati," paparnya.

Untuk masalah serupa muncul beberapa dekade yang lalu, saat beberapa kasus orang terisolasi mengembangkan Bell's palsy setelah menerima vaksin flu.

Baca Juga: Uji Klinik untuk Membuktikan Keamanan dan Khasiat serta Kehalalan Vaksin Covid-19

Tapi, tidak ada penelitian yang berhasil menemukan hubungan antara vaksin flu dan Bell's palsy.

Lalu, haruskah Anda khawatir tentang vaksin Covid-19 yang menyebabkan Bell's palsy? "Mungkin tidak, karena tidak ada hubungan yang ditemukan," katanya.

Menurut Hinman, jumlah kecil subjek penelitian yang diketahui telah mengembangkan kondisi ini mengerdilkan ratusan ribu orang yang terdaftar dalam uji coba penelitian.

Baca Juga: Vaksin Covid-19 Telah Datang, Namun Perjalanan masih Panjang dan Didistribusikan Berjenjang

Bila Bell's palsy terjadi, terkadang penutup mata diperlukan jika otot kelopak mata terganggu dan kelopak mata tidak bisa menutup sepenuhnya.

Penting untuk menjaga mata tetap lembap dengan obat tetes mata dan melindunginya dari kotoran dan cedera, terutama di malam hari.

NINDS juga merekomendasikan analgesik seperti aspirin, asetaminofen, atau ibuprofen untuk meredakan nyeri, dan terapi seperti terapi fisik, pijat wajah, atau akupunktur dapat membantu fungsi saraf wajah dan pereda nyeri. Selain itu, berkonsultasi ke dokter dianjurkan.***

Editor: Yurri Erfansyah

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler