Berkedok Ekspedisi Memancing, China Siapkan Diri untuk Menguasai Benua Antartika

11 Januari 2021, 17:44 WIB
HELIKOPTER mendarat di benua Antartika dalam rangka penelitian.* /Pixabay /Edu Ruiz

ZONA PRIANGAN - Setelah membangun pangkalan militer di Laut Natuna Utara, China kini melirik benua Antartika.

China tampaknya melihat peluang, benua Antartika memiliki kekayaan bahari yang tak kalah banyak dengan Laut Natuna Utara.

Keruan saja "Ekspedisi Memancing" yang dilakukan China di benua Antartika dikecam sejumlah negara.

Baca Juga: Taiwan Mulai Melawan China, Cetak Paspor Baru untuk Membedakan Kewarganegaraan

Sejumlah negara mencium, apa yang dilakukan China itu, sebagai upaya pemerintah Beijing menguasai benua Antartika.

China pun terang-terangan menggandeng Rusia, untuk mencengkramkan kekuasaannya di benua Antartika.

Kini para ahli khawatir Beijing, semakin berambisi menguasai Antartika demi menempatkan diri mereka sebagai pemimpin di wilayah itu.

Baca Juga: Pesawat Pembom Xian H-6 China Mengudara, Kalimantan Bisa Jadi Sasaran Tembak dalam Sekejap

Dilansir dari Eurasian Times, benua ini sebenarnya telah diatur oleh Sistem Perjanjian Antartika di Washington sejak 1 Desember 1059 lalu.

Sebagaimana diberitakan zonajakarta.com sebelumnya dalam artikel "Produk Makanan Menipis, China Coba Kuasai Laut Arktik dengan Kedok ini Hingga Pengamat Beri Kecaman".

Dalam perjanjian tersebut, Antartika merupakan wilayah yang hanya digunakan untuk misi perdamaian seperti mempromosikan penelitian ilmiah.

Baca Juga: China Tak Berani Bergerak, Militer Indonesia Siaga di Wilayah Laut Natuna Utara

Perjanjian tersebut melarang Antartika digunakan untuk tujuan militer termasuk pendirian pangkalan militer atau pengujian senjata.

Namun, para ahli mengatakan bahwa "Rusia dan China menggunakan kedok penelitian ilmiah untuk mempertaruhkan klaim lebih lanjut di benua itu".

Spesialis Geopolitik dan Keamanan di Royal Holloway University, Prof Dodds, mengungkapkan dalam perjanjian itu hal terpenting adalah memprioritaskan konservasi atas eksplorasi.

Baca Juga: Tiga Relawan Meninggal setelah Menerima Vaksin Covid-19, Dokter: Korban Tewas Tersambar Petir

“Ini adalah keseimbangan antara seberapa banyak yang dapat dieksploitasi dengan aman dan seberapa jauh yang bisa dieksplorasi.

Hal ini semakin sulit dengan adanya perubahan iklim," ujar Prof Dodds seperti dikutip Zonajakarta.com dari Express.

Menurutnya tujuan Tingkok menguasai Antartika bukan hanya dari sisi pertahanan tapi terdesak masalah pangan.

Baca Juga: Kalahkan Amerika Serikat, Kini Cina Jadi Negara Terkuat di Dunia

Dikabarkan bila industri daging babi Beijing sempat hancur karena penyakit yang menyerang hewan ternak itu.

Sebanyak 60 persen dari induk babi telah hilang pada paruh kedua tahun 2019 yang membuat produksi babi pasar anjlok.

Harga daging babi melonjak ke titik tertinggi baru, di mana mereka bertahan hampir sepanjang tahun ini.

Baca Juga: Cina Ingin Mengatur Cuaca Dunia, Kini Giliran Korea Selatan Ciptakan Matahari Buatan

Meski industri daging babi Beijing perlahan mulai pulih, China harus berputar otak untuk memenuhi pasokan makanan dalam negeri.

“China melihat dirinya semakin sebagai kekuatan laut utama dan melihat Arktik dan Antartika sebagai tempat penangkapan ikan yang relatif belum dieksplorasi," ujar Prof Dodds.

Pemerintah Tiongkok juga cukup keras kepala dan bertahan meski sudah banyak cara dilakukan untuk menghentikan penangkapan ikan.

Baca Juga: Cina Ingin Jadi Tuhan, Menguasai Langit dan Bisa Menentukan Cuaca di Dunia

Dodds mengatakan, perlu diingat bahwa China telah dilanda penyakit mengerikan yang telah memengaruhi populasi babi domestik mereka.

"Sehingga keamanan pangan menjadi perhatian yang nyata. Semua kekuatan besar ini memiliki kesenangannya sendiri," sambungnya.

Perusahaan China Shanghai Chonghe Marine Industry diketahui telah memesan kapal pukat krill Antartika yang akan menjadi yang terbesar yang pernah dibuat dan akan selesai pada tahun 2023.

Baca Juga: Erdogan Kecam 4 Negara Muslim Jalin Hubungan dengan Israel, Indonesia Target Berikutnya

Krill (spesies ikan kecil) adalah makanan bagi banyak makhluk laut Arktik dan juga digunakan sebagai minyak dan bahan makanan di China.

Ahli bahkan memperingatkan bila tindakan berkedok “ekspedisi memancing” yang dilakukan Tiongkok adalah ancaman bagi ekosistem.

Pasalnya populasi ikan kecil itu menurun drastis yang bisa berimbas pada ekosistem di benua Antartika.

Baca Juga: Twitter Ambil Tindakan Berani, Blokir Akun Donald Trump yang Sebar Hasutan dan Kebencian

Tindakan ini semakin membuat ahli yakin bila China serius ingin menguasai Antartika di masa depan.

"Kepentingan China di Antartika tidak terbatas pada jangka pendek atau 'misi yang dibentuk ilmuwan'," kata Peter Jennings, direktur eksekutif Institut Kebijakan Strategis Australia.***(Hani Affifah/zonajakarta.com)

Editor: Parama Ghaly

Sumber: Zona Jakarta

Tags

Terkini

Terpopuler