Militer Amerika Serikat Bisa Terlibat, Dua Kapal Filipina dan Tiga Kapal China Bentrok Dekat Ayungin Shoal

18 November 2021, 13:14 WIB
Kapal Penjaga Pantai China berpatroli di dekat kapal penangkap ikan di daerah sengketa di Laut China Selatan.* /Reuters /Erik De Castro

ZONA PRIANGAN - Bentrokan kembali di Laut China Selatan yang melibatkan kapal Filipina dan penjaga pantai China.

Dalam insiden itu, dua kapal Filipina dihadang oleh tiga kapal China. Bahkan kapal China melepaskan bom air (“water cannoned”).

Keruan saja Pemerintahan Rodrigo Duterte marah dan menyampaikan protes kepada utusan China untuk Filipina, Huang Xilian.

Baca Juga: Kapal Induk Baru China Punya Target Menenggelamkan Semua Kapal Musuh di Dunia

Menteri Luar Negeri Filipina, Teodoro Locsin mengatakan, perjalanan sepasang kapal pasokan Filipina diblokir tiga kapal China.

Kapal Filipina diusir dengan menggunakan bom air dan dipaksa untuk berbalik arah.

"Untungnya, tidak ada yang terluka; tetapi kapal kami harus membatalkan misi pasokan mereka,” ujar Teodoro Locsin yang dikutip rt.com.

Baca Juga: China Miliki Proyek Ambisius, Tahun 2025 Semua Desa Terjangkau Jaringan 5G, Data Pribadi Makin Aman

Diungkapkan, sebelum insiden terjadi kapal Filipina itu dalam perjalan menuju ke Ayungin Shoal – juga dikenal sebagai Second Thomas Shoal.

Meskipun China dan Filipina mengklaim hak teritorial atas Ayungin Shoal, Pengadilan Arbitrase Permanen Den Haag memenangkan Filipina pada tahun 2016.

Terlepas dari keberatan China, Filipina telah menduduki daerah itu lebih lama, setelah militernya dengan sengaja membubarkan kapal angkatan laut di beting pada tahun 1999.

Baca Juga: Gereja Tuhan Yang Mahakuasa China Percaya Yesus Kembali ke Bumi dalam Wujud Seorang Wanita

Manila juga dengan cepat mencatat bahwa kapal-kapal pasokan dicakup oleh Perjanjian Pertahanan Bersama Filipina-Amerika Serikat.

Itu artinya, apa yang menimpa kapal Filipina, bisa menyeret keterlibatan militer Amerika Serikat.

Beijing sejauh ini belum mengomentari dugaan pertikaian itu.***

Editor: Parama Ghaly

Sumber: RT.com

Tags

Terkini

Terpopuler