Perang Bisa Terjadi, NATO dan Rusia Saling Tuduh Menumpuk Kekuatan Militer di Perbatasan

3 Desember 2021, 16:12 WIB
Prajurit dari Angkatan Darat AS, Georgia, dan Bulgaria ambil bagian dalam latihan militer 'Balkan Sentinel 21' di tempat pelatihan Novo Selo, Bulgaria, 31 Mei 2021.* /Reuters /Spasiyana Sergieva

ZONA PRIANGAN - Ketegangan di Eropa Timur tampaknya sulit untuk mereda, khususnya di Perbatasan Ukraina dan Rusia.

Saling lempar tuduhan masih berlangsung. Awalnya NATO mempertanyakan pergerakan militer Rusia yang tidak wajar.

Kremlin tidak hanya membantah bahwa pergerakan militer itu masih di wilayah sendiri, tapi balik menuduh infrastruktur NATO makin dekat ke perbatasan Rusia.

Baca Juga: Ukraina Kerahkan 100.000 Tentara ke Donbass, Rusia Khawatirkan Penggunaan Rudal Javelin

Eropa mungkin akan kembali ke situasi konfrontasi militer, dan NATO sepenuhnya menolak untuk mendengarkan semua proposal Rusia, kata Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov.

Berbicara di Stockholm, yang saat ini menjadi tuan rumah pertemuan Dewan Menteri OSCE, Lavrov menekankan bahwa Moskow ingin meningkatkan stabilitas strategis di benua itu yang mulai cepat terkikis.

"NATO menolak untuk mempertimbangkan proposal kami tentang penurunan ketegangan dan pencegahan insiden berbahaya," kata Lavrov.

Baca Juga: Menghadapi Kekuatan NATO, Rusia Kerahkan Rudal Bastion di Pulau Matua untuk Hancurkan Semua Jenis Kapal

Dikutip rt.com, Lavrov balik menuduh blok pimpinan AS menolak diskusi konstruktif untuk meredakan ketegangan.

“Sebaliknya, infrastruktur militer NATO bergerak lebih dekat ke perbatasan Rusia. Itu skenario mimpi buruk dari konfrontasi militer kembali,” ucapnya.

Komentar Lavrov muncul di tengah meningkatnya kekhawatiran atas dugaan penumpukan militer di perbatasan Rusia dengan Ukraina.

Baca Juga: Jenderal David Thompson: China dan Rusia Menyerang Satelit AS dengan Laser

Sejak awal November, beberapa media Barat mengklaim bahwa Moskow merencanakan “invasi” terhadap tetangganya, sebuah tuduhan yang dibantah keras oleh Kremlin.

Bulan lalu, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg meminta Rusia untuk transparan tentang kegiatan militernya, menyebut penumpukan pasukan yang diklaim “besar” dan “tidak biasa”.

"Kita tahu bahwa Rusia telah bersedia menggunakan jenis kemampuan militer ini sebelumnya untuk melakukan tindakan agresif terhadap Ukraina," kata Stoltenberg.***

Editor: Parama Ghaly

Sumber: RT.com

Tags

Terkini

Terpopuler