Hilang Koordinasi, Sesama Pasukan Rusia Saling Tembak di Kota Kharkiv, Seorang Letnan Tewas

11 Maret 2022, 18:19 WIB
Seorang tentara Rusia yang menyerahkan diri mengaku dia ditembaki oleh rekannya karena membantu warga sipil Ukraina.* /Daily Star/

ZONA PRIANGAN - Tentara Rusia mulai hilang koordinasi. Sesama tentara Rusia justru saling tembak, di Kharkiv Ukraina.

Akibat baku tembak sesama tentara Rusia, seorang letnan tewas. Sementara tentara yang lebih mudah bisa menyelamatkan diri.

Insiden baku tembak sesama tentara Rusia diawali, ketika pasukan Kremlin menyerbu Kota Kharkiv.

Baca Juga: Kolonel Stetsenko Ancam Beberapa Kawannya yang Sudah Jadi Jenderal di Rusia Akan Jadi Pupuk di Tanah Ukraina

Namun, di antara pasukan Rusia itu, ada tentara yang tampaknya berempati dan hendak menyelamatkan warga sipil yang terjebak.

Dua tentara memisahkan dari kelompoknya dan mencoba menyelamatkan seorang ibu dan anak perempuannya, lapor Express.co.uk.

Tidak terima ada rekannya yang menolong warga sipil, pasukan Rusia menembaki dua tentara itu.

Baca Juga: Mayat Tentara Rusia di Jalanan Mykolaiv Makin Banyak, Sebagian Menjadi Makanan Anjing

Seorang letnan Rusia gugur dalam peristiwa itu. Sementara tentara yang lebih muda minta bantuan militer Ukraina dengan menyerahkan diri.

Dinas Keamanan Ukraina kemudian merilis rekaman seorang tentara Rusia itu dan menuduh pasukan Rusia mengincar warga sipil.

Pengakuan tentara muda Rusia itu menyebutkan, serbuan pasukan Rusia ditanggapi tentara Ukraina dengan saling tembak.

Baca Juga: Pasukan Rusia Ciptakan Ketakutan di Kota Mariupol, Mudah Ditemukan Kuburan Massal

Dia berkata: "Pasukan (Ukraina) Anda mulai menembaki pasukan kami. Kemudian, ketika pasukan kami ditembaki, saya dan letnan saya membantu warga sipil."

Berbicara tentang dua wanita yang mereka bantu, tentara itu berkata: "Letnan berlari ke arah mereka, mulai membawa mereka keluar dari mobil, berteriak 'kemari'."

"Dalam waktu sekitar 20 menit, mereka (pasukan Rusia) melihat saya dan letnan menyelamatkan warga sipil dan ada perintah menembak saya, letnan, dan warga sipil."

Baca Juga: Komandan Resimen Tank Rusia Tewas, Ketika Tentara Ukraina Lakukan Penyergapan dan Luncurkan Roket

"Letnan itu terbunuh, lalu mereka mulai menembaki ibu itu. Dia juga mati bersamanya," tutur tentara muda Rusia.

"Saya dan putrinya mulai mundur. Pasukan saya mulai menembak kaki saya," paparnya yang dikutip Daily Star.

"Jika bukan karena garasi ini, mereka akan membunuhku sama seperti yang mereka lakukan terhadap ibu dan letnan," tambahnya.

Baca Juga: Insinyur Penerbangan Kabur dari Hostomel, Dia Tahu Pasukan Rusia Sedang Mencari Tentara Amerika di Ukraina

Dia menggambarkan bagaimana dia dan putri ibu yang tewas duduk di belakang garasi sampai penembakan itu mereda dan mereka dapat pergi setelah putrinya mengambil kunci mobil dari tubuh ibunya.

Tentara itu berkata: "Saya merangkak ke mobil dan dia menempatkan saya di kursi belakang. Dia menyalakan mobil dan mengemudi."

Itu terjadi setelah video terpisah menunjukkan seorang tentara Rusia mengatakan banyak tentara melarikan diri dari perang - meskipun menghadapi kemungkinan hukuman penjara tujuh tahun karena desersi.

Baca Juga: Tentara Ukraina Ketahuan Gunakan Drone untuk Menjatuhkan Botol Bir di Sekitar Pasukan Rusia

Dalam video tersebut, pria itu berkata: "Banyak yang sudah meninggalkan rumah. Banyak yang melarikan diri, mereka tidak ingin berperang. Untuk apa? Tidak ada yang membutuhkan ini, perang ini. Tidak ada yang menginginkan ini."

"Mereka menentangnya, mereka melarikan diri. Masalahnya adalah mereka menjanjikan tujuh tahun penjara, jadi orang-orang tetap tinggal. Tidak ada yang mau masuk penjara," ujarnya.

Dia menambahkan: "Sekitar sebulan yang lalu mereka mengumpulkan kami, memberi kami dokumen, dan mengatakan kepada kami untuk mengatakan bahwa kami bersedia untuk berpartisipasi dalam operasi khusus."

Baca Juga: Vladimir Putin Marah Besar, Pecat Delapan Jenderal Karena Dianggap Gagal Menjalankan Taktik Perang di Ukraina

"Bahkan jika Anda tidak ingin mendaftar untuk itu, Anda melakukannya, dan semua orang 100 persen disuruh pergi, mereka dikirim," ungkapnya.***

Editor: Parama Ghaly

Sumber: Daily Star

Tags

Terkini

Terpopuler