ZONA PRIANGAN - Tidak bisa dimungkiri serangan udara yang dilakukan pasukan Vladimir Putin ke Ukraina dimulai dari wilayah Krimea.
Pasukan Moskow memanfaatkan pangkalan militer Saki, Krimea untuk menerbangkan sejumlah jet tempur.
Serangan dari arah Krimea itu jumlahnya tak terhitung. Tak heran jika kemudian militer Ukraina mengancam akan menyerang Krimea.
Tak lama dari ancaman itu, terjadi ledakan misterius di lapangan udara Saki, yang menghancurkan 20 jet tempur Rusia.
Sejauh ini, militer Ukraina menolak bertanggung jawab atas insiden itu. Demikian juga Kremlin menyatakan ledakan itu bukan serangan dari Ukraina.
Pangkalan udara Saki berjarak sekitar 125 mil dari posisi terdekat Ukraina, di luar jangkauan sebagian besar amunisi jarak jauh negara itu.
Baca Juga: Penyembur Api Berat TOS-1A Sonstepok Milik Rusia Hancurkan Benteng Tentara Ukraina di Desa Pisky
Peluncur roket HIMARS yang disediakan Amerika Serikat (AS), hanya mencapai target hingga 50 mil jauhnya.
ATACMS, sejenis rudal yang digunakan di HIMARS, dapat menempuh jarak hingga 190 mil, tetapi AS bersikeras bahwa belum ada yang dikirim.
Ini menunjukkan bahwa mereka mungkin telah menyerang pangkalan dengan rudal anti-kapal yang dipasok oleh Barat.
Serangan itu juga ditujukan kepada kemungkinan gerilyawan pro-Ukraina yang bekerja di Krimea, tulis The Sun.
Rusia telah menuntut Ukraina mengakui Krimea sebagai wilayahnya sebelum gencatan senjata disepakati.
Beberapa jam setelah serangan itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyatakan bahwa perang tidak akan berakhir sampai Krimea dibebaskan.
Itu terjadi hanya beberapa jam sebelum setidaknya delapan ledakan dilaporkan di negara tetangga Belarus di pangkalan udara Zyabrovka, yang digunakan secara teratur oleh pesawat militer Rusia.
Belarus - sekutu dekat Moskow - juga meremehkan laporan ledakan pada Rabu malam, dengan Kementerian Pertahanan negara itu menempatkan mereka ke dalam kebakaran mesin.
Pangkalannya sekitar 30km (18 mil) dari perbatasan Belarus-Ukraina.
Baca Juga: Pasukan Vladimir Putin Makin Panik, Penggunaan Rudal Javelin Membuat Tank Bebek Duduk Rusia Meledak
Diktator Belarus Alexander Lukashenko mengizinkan pasukan Vladimir Putin masuk ke negaranya beberapa bulan sebelum perang pecah.***