ZONA PRIANGAN - Setelah menyerang Kharkiv, tentara Ukraina melanjutkan serangan balasan ke Kherson. Setidaknya, pejuang Kiev melepaskan lima rudal HIMARS.
Rudal HIMARS (Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi) buatan Amerika Serikat (AS) itu meledak di atas kantor pemerintah pro-Moskow, selatan Kota Kherson.
Ledakan itu menimbulkan kepanikan. Dari video yang beredar di media sosial, orang-orang berpakaian militer dan sipil berlarian.
Baca Juga: Jaksa Agung Luhansk dan Wakilnya Tewas oleh Ledakan Bom, LPR Tuduh Ukraina Sebagai Dalang Teroris
Kirill Stremousov, wakil ketua administrasi militer-sipil, mengatakan serangan itu dimaksudkan secara khusus untuk menjatuhkannya.
Menurut RIA Novosti, mengutip seorang koresponden di lapangan, serangan itu menyebabkan setidaknya satu orang tewas dan satu lainnya terluka.
Laporan tersebut mengklaim setidaknya lima rudal yang diluncurkan dari HIMARS (Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi) buatan AS menghantam pusat pemerintahan pro-Rusia.
Salah satu roket menghantam kantor pemerintah setempat, kata seorang anggota pemerintahan sipil-militer, Ekaterina Gubareva, kepada wartawan.
Dikutip rt.com, Ekaterina menyebut pengeboman itu sebagai "tindakan terorisme yang sangat penting".
Kemudian pada hari Jumat, pemerintah daerah mengkonfirmasi kematian tiga orang – dua warga sipil dan seorang pengemudi dari salah satu pejabat.
Sebuah video yang beredar di media sosial, yang tampaknya menggambarkan segera setelah serangan itu, menunjukkan orang-orang, baik berpakaian sipil maupun militer, melarikan diri dari sebuah bangunan yang diselimuti awan debu dan asap.
Menurut pejabat setempat, layanan darurat berada di lokasi untuk membersihkan puing-puing.
Serangan kedua di daerah itu, bagaimanapun, tidak dapat dikesampingkan, pemerintah pro-Rusia telah memperingatkan, mendesak orang untuk menjauh dari bangunan yang rusak.
Kota Kherson jatuh ke tangan pasukan Vladimir Putin pada awal Maret, segera setelah Moskow meluncurkan operasinya di Ukraina.
Akhir bulan lalu, pasukan pro-Kiev melancarkan serangan balasan di wilayah tersebut, yang menurut Kremlin, gagal total, dengan militer Ukraina menderita banyak korban.***