ZONA PRIANGAN - Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky dicekam ketakutan mendapat informasi Vladimir Putin akan melakukan serangan besar-besaran di akhir tahun 2022.
Kekhawatiran juga melanda pejabat Ukraina mulai dari Menteri Pertahanan Ukraina Oleksii Reznikov, Panglima Angkatan Bersenjata, Jenderal Valerii Zaluzhnyi, dan Panglima Angkatan Darat, Kolonel Jenderal Oleksandr Syrskii.
Vladimir Putin diduga telah menyiapkan pasukan Moskow untuk menggempur Ukraina di awal tahun 2023, setelah selama 10 bulan gagal menaklukan pejuang Kiev.
Menteri Pertahanan Ukraina Oleksii Reznikov mengatakan dalam sebuah wawancara bahwa meskipun Kiev mampu mempertahankan diri dari rentetan serangan rudal dari Moskow, bukti mulai muncul dari rencana baru dari Kremlin.
Terlepas dari upaya Rusia yang gagal untuk merebut sebagian besar wilayah Ukraina, pemerintah di Kiev telah memperingatkan Barat untuk tidak berpuas diri dengan ancaman yang ditimbulkan Putin.
Reznikov percaya serangan itu dapat diluncurkan pada Februari, satu tahun sejak invasi dimulai, namun yang lain menyarankan itu bisa dilakukan pada awal Januari.
Menteri Pertahanan telah mengindikasikan bahwa setengah dari 300.000 tentara Rusia yang dimobilisasi mungkin dilatih lebih intensif untuk serangan di masa depan.
Dia mengatakan kepada The Guardian: "Bagian kedua dari mobilisasi, sekitar 150.000, memulai kursus pelatihan mereka di kamp yang berbeda."
Para [wamil] melakukan persiapan minimal tiga bulan. Itu berarti mereka mencoba untuk memulai gelombang ofensif berikutnya mungkin di bulan Februari, seperti tahun lalu.
"Itu rencana mereka. Kremlin sedang mencoba mencari solusi baru [untuk] bagaimana mendapatkan kemenangan," ujarnya yang dikutip Express.
Hingga kini, Vladimir Putin tidak menunjukkan tanda-tanda ingin mundur dari konflik, karena dia telah memperoleh rudal dari Iran dan melanjutkan taktik "penggiling daging" Rusia.
Strategi ini melibatkan melemparkan sebanyak mungkin pasukan ke dalam pertempuran dengan harapan bahwa pada akhirnya jumlah yang lebih besar akan mengalahkan Ukraina.***