Perlu Anda Ketahui Tentang Lambda, Varian Corona Terbaru yang Berasal dari Peru

- 8 Juli 2021, 12:05 WIB
Foto Ilustrasi Virus Corona.
Foto Ilustrasi Virus Corona. /Pixabay
ZONA PRIANGAN - Pandemi corona sepertinya semakin tidak jelas saja kapan berakhirnya.
 
Setelah muncul varian untuk pertama kalinya yakni varian Barial Alpha (B.1.1.7) yang pertama kali ditemukan di London dan beberapa wilayah di Inggris. Varian ini dikenal mudah menular dari varian sebelumnya.
 
Kemudian muncul varian Beta (B.1.352) yang pertama kali ditemukan di Afrika Selatan pada awal Oktober.
 
 
Varian Beta ini lebih mudah menyerang kepada orang-orang yang berusia muda. Selain itu, varian ini bermutasi yang diberinama E484K, yang membantu virus menghindari sistem kekebalan tubuh. 
 
Yang lebih mengerikan lagi yakni vaksin tidak dapat mengatasi virus ini, terutama bagi orang-orang yang mendapat suntikan vaksinasi dari AstraZeneca.
 
Kemudian muncul varian Delta (B.1.617.2) yang pertama kali ditemukan di India pada Oktober. Varian ini juga lebih mudah menular dan mampu menghindari respons imun tubuh.
 
 
Nah, sekarang malah muncul varian baru yang oleh WHO sendiri masih dalam tahap penyelidikan. Varian corona terbaru itu diberinama varian Lambda dan WHO menyatakan bahwa varian Lambda sebagai "varian yang menarik" pada 14 Juni. Namun, menurut WHO, kasus pertama dari varian ini dikenal sebagai C.37, dilaporkan pada Desember 2020.
 
Lalu, kapan sih suatu varian menjadi "varian yang menarik"?
 
Dikutip dari NDTV, WHO menetapkan suatu varian sebagai "varian yang menarik" ketika perubahan genetiknya diprediksi atau diketahui mempengaruhi karakteristik penting, termasuk penularan, keparahan penyakit, menghindari respons imun, menghindari diagnostik atau terapeutik.
 
 
Badan Kesehatan Dunia juga mengatakan bahwa suatu varian menjadi varian yang menarik" ketika diidentifikasi sebagai penyebab penularan komunitas yang signifikan atau beberapa kluster corona.
 
Selain itu, varian juga menunjukkan tanda-tanda dampak epidemiologis yang yang menunjukkan risiko yang muncul terhadap kesehatan masyarakat global.
 
Badan Kesehatan Inggris, Public Health England (PHE) menetapkan Lambda sebagai varian yang sedang diselidiki pada 23 Juni, sehari setelah negara itu melaporkan 6 kasus.
 
 
Varian Lambda pertama kali terdeteksi pada Desember 2020 di Peru, tetapi WHO menyatakannya sebagai "varian yang menarik" pada 14 Juni.
 
Menurut sebuah laporan dari Financial Times, hanya satu orang dari setiap 200 kasus yang melaporkan varian ini. Jumlahnya kini telah meningkat menjadi 80% dari kasus corona hari ini di negara Amerika Selatan. 
 
Bukan hanya itu, Peru juga memiliki angka kematian tertinggi di dunia, namun tidak ada bukti yang menyimpulkan bahwa Lambda adalah penyebab dari tingginya angka kematian. Data di GISAID, sebuah inisiatif sains global, menunjukkan bahwa setidaknya 31 negara telah melaporkan varian terbaru. Di antara negara-negara itu adalah Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Italia, Jerman, dan Swiss.
 
 
Lalu, kemudian muncul pertanyaan, apakah varian Lambda dapat mengurangi kemanjuran dari vaksin corona yang ada saat ini? Para peneliti di Chili telah menerbitkan hasil penelitian yang mereka lakukan. 
 
Mereka menyimpulkan bahwa mutasi yang ada dalam protein lonjakan varian Lambda memberikan peningkatan infektivitas dan pelepasan kekebalan dari antibodi penetral yang dipicu oleh CoronaVac, vaksin corona Sinovac.
 
Meskipun penelitian ini terbatas hanya dilakukan hanya pada satu vaksin saja, para peneliti mengatakan bahwa upaya vaksinasi besar-besaran yang saat ini sedang berlangsung, harus disertai dengan pengawasan genomik yang ketat.***

Editor: Yudhi Prasetiyo

Sumber: NDTV


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x