8 Pemimpin yang Dibutuhkan Taliban untuk Menghindari Perang Saudara

- 27 Agustus 2021, 13:38 WIB
Ahmad Shah Massoud saat ini sedang dalam pembicaraan dengan Taliban.
Ahmad Shah Massoud saat ini sedang dalam pembicaraan dengan Taliban. / NDTV.COM

ZONA PRIANGAN - Pengambilalihan militer Taliban atas Afghanistan berlangsung cepat dan tegas. Membentuk pemerintahan inklusif untuk menghindari perang saudara lainnya terbukti jauh lebih sulit.

Kelompok militan telah mengadakan pertemuan di Kabul dengan Hamid Karzai, presiden pertama setelah invasi AS, dan Abdullah Abdullah, nomor 2 dalam pemerintahan yang digulingkan, setelah pemimpin Ashraf Ghani meninggalkan negara itu pada awal bulan ini.

Keanggotaan Taliban sebagian besar diambil dari populasi mayoritas etnis Pashtun, yang paling dominan di bagian selatan negara itu.

Baca Juga: Taliban Berusaha Meyakinkan AS, Soal Hak dan Perlindungan Wanita Afghanistan Sejauh Hukum Islam

Meskipun sekarang tengah berada di atas angin, Taliban menyadari bahwa setiap formasi pemerintahan yang stabil perlu menyertakan panglima perang yang berpengaruh dan perwakilan dari etnis Uzbek, Tajik, dan Hazara. Tanpa itu, negara ini berisiko jatuh ke dalam konflik internal pernah meletus pada 1990-an.

Berikut adalah para pemimpin yang perlu dimiliki Taliban yang berhasil dirangkum oleh ZonaPriangan.com dari NDTV.

1. Gulbuddin Hekmatyar, Mantan Perdana Menteri, berusia 72 tahun
Mantan perdana menteri Afghanistan dan pemimpin partai politik Hizb-e-Islami yang dulu kuat adalah orang yang bertahan lama dalam politik Afghanistan. Pernah menjadi bagian dari pejuang Mujahidin yang dilatih oleh AS selama era Perang Dingin untuk melawan Uni Soviet pada 1980-an.

Baca Juga: Taliban Perintahkan Pasukan Inggris Keluar dari Afghanistan dalam Waktu Seminggu — atau Perang!

Hekmatyar telah menjadi sekutu dan musuh Taliban selama 25 tahun terakhir. Dia telah diberi sanksi oleh AS sebagai "teroris global yang ditunjuk secara khusus". Setelah pasukan AS dan NATO tiba di Afghanistan setelah serangan teror 11 September, dia mendukung serangan bunuh diri terhadap pasukan koalisi dan memiliki hubungan dekat dengan Al Qaeda.

Halaman:

Editor: Didih Hudaya ZP

Sumber: NDTV


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x