"Bencana itu akhirnya terjadi. Semua harapan masa depan tampaknya hilang," kata ayahnya Painda Mohammad kepada kantor berita The Associated Press.
Painda masih berjuang untuk memahami apa yang dipikirkan putranya ketika dia naik ke roda kargo Angkatan Udara AS.
Painda menghabiskan berjam-jam membayangkan menit-menit terakhir putranya, ketakutan yang pasti dia rasakan ketika bumi di bawahnya mulai menghilang dan roda berputar.
"Itu mungkin pilihan tersulit. Namun semua orang pasti banyak yang panik dan ingin terangkut pesawat," ucap Painda.
Akhirnya Fida terjatuh dari ketinggian pesawat. Dia mendarat di atap rumah seorang warga Kabul, Abdullah Waiz.
Abdullah Waiz yang sedang tertidur dikagetkan dengan suara keras di atap rumahnya dan mengira itu ledakan.
Baca Juga: Kuda Poni Cendana Ternyata Bukan Asli dari Sumba tapi Didatangkan oleh Pedagang China
Ketia dia ke luar rumah, para tetangganya menunjuk ke arah atap tentang dua mayat yang jatuh dari langit.
Dikutip Aljazeera, para warga mengumpulkan jasad di atas atap dan membawanya ke masjid terdekat.