ZONA PRIANGAN - PBB pada hari Sabtu menjelaskan, bahwa invasi Rusia ke Ukraina telah menewaskan sedikitnya 847 warga sipil dan puluhan tentara Ukraina.
Korban tewas warga sipil termasuk setidaknya 64 anak-anak pada hari Jumat. 1.399 warga sipil lainnya terluka, menurut pembaruan Kantor Hak Asasi Manusia PBB pada hari Sabtu.
Dikutip dari UPI.com, 19 Maret 2022, semalam ada juga serangan yang menargetkan pabrik perbaikan pesawat di dekat kota barat Lviv, yang telah menerima ratusan pengungsi dari Mariupol di selatan. Tidak ada korban yang dilaporkan.
BBC News melaporkan Mariupol diperkirakan akan jatuh setelah dihajar oleh penembakan selama berminggu-minggu di bawah pengepungan.
Pihak berwenang mengatakan 130 orang telah diselamatkan dari tempat perlindungan bom di bawah teater kota yang diserang dua hari lalu, tetapi ratusan lainnya mungkin terperangkap di puing-puing.
Sementara itu, Ukraina telah melawan. Kementerian luar negeri Ukraina mengatakan dalam sebuah posting Twitter pada hari Sabtu bahwa hampir 14.400 personel Rusia telah tewas sejak invasi Rusia dimulai, menurut angka awal.
Baca Juga: Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky Mendesak Swiss untuk Menindak Oligarki Rusia
Kementerian juga mengatakan bahwa 466 tank, 115 helikopter, 95 pesawat lain, 17 kendaraan udara tak berawak, 213 artileri, dan tiga kapal termasuk di antara kerugian Rusia.
Angka-angka terbaru dari pejabat pertahanan Rusia dirilis awal bulan ini, menurut CNN, ketika juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia Mayor Jenderal Igor Konashenkov mengatakan kepada CNN bahwa 498 anggota layanannya telah tewas dan 1.597 terluka.
Rusia telah "terkejut dengan skala dan keganasan perlawanan Ukraina," kata Kementerian Pertahanan Inggris dalam pembaruan terbarunya.
Militer Rusia telah "dipaksa untuk mengubah pendekatan operasionalnya dan sekarang mengejar strategi gesekan," tambah pembaruan itu.
"Ini kemungkinan akan melibatkan penggunaan senjata secara sembarangan yang mengakibatkan meningkatnya korban sipil, penghancuran infrastruktur Ukraina, dan mengintensifkan krisis kemanusiaan."
Kementerian Pertahanan Inggris juga mengatakan dalam pembaruan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin telah "memperkuat kendalinya atas media domestik Rusia," dalam upaya untuk "mengaburkan jumlah korban Rusia yang tinggi," katanya.***