Giorgia Meloni, Perdana Menteri Wanita Pertama Italia Berjanji Mengantarkan Italia Melewati Masa Sulit

- 26 Oktober 2022, 06:37 WIB
Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni, Wakil Perdana Menteri dan Menteri Infrastruktur Matteo Salvini dan Menteri Luar Negeri Antonio Tajani menghadiri majelis rendah parlemen menjelang mosi tidak percaya untuk pemerintahan baru, di Roma, Italia, 25 Oktober 2022.
Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni, Wakil Perdana Menteri dan Menteri Infrastruktur Matteo Salvini dan Menteri Luar Negeri Antonio Tajani menghadiri majelis rendah parlemen menjelang mosi tidak percaya untuk pemerintahan baru, di Roma, Italia, 25 Oktober 2022. /REUTERS/Remo Casilli

Meloni kemudian membantah tuduhan dari anggota parlemen oposisi bahwa dia anti-Eropa, dengan mengatakan "Anda tidak perlu menjadi seorang federalis untuk percaya pada integrasi Eropa".

"(Uni Eropa) telah terlibat dalam banyak hal yang seharusnya diserahkan kepada negara-negara ... dan telah absen dalam pertanyaan-pertanyaan strategis yang besar," katanya.

Baca Juga: Perang Rusia-Ukraina: AS Mempertimbangkan untuk Memasok Peralatan Pertahanan Udara HAWK untuk Ukraina

Meloni akan menawarkan dukungan keuangan bagi keluarga dan perusahaan yang terkena krisis energi, memperingatkan bahwa tingginya biaya ini berarti pemerintahannya mungkin harus menunda beberapa janji pemilu yang lebih mahal.

"Konteks di mana pemerintah harus bertindak sangat rumit, mungkin yang paling sulit sejak Perang Dunia Kedua," katanya, seraya menambahkan bahwa ekonomi dapat tenggelam ke dalam resesi tahun depan karena berjuang melawan kenaikan inflasi dan gangguan terkait pandemi COVID-19 dan perang Rusia-Ukraina.

Meloni, yang dibesarkan di distrik kelas pekerja di Roma, menampilkan dirinya sebagai orang yang tidak diunggulkan yang siap menentang para kritikus yang menuduhnya sebagai demagog yang tidak liberal.

Baca Juga: RT News Dituduh Penghasut Genosida, Setelah Presenter Mengatakan 'Anak-anak Ukraina Seharusnya Ditenggelamkan'

"Saya tidak pernah merasakan simpati atau kedekatan dengan rezim anti-demokrasi. Karena tidak ada rezim, termasuk fasisme," katanya.

"Dengan cara yang sama, saya selalu menganggap undang-undang rasial (anti-Semit) tahun 1938 sebagai titik terendah dalam sejarah Italia, rasa malu yang akan menodai rakyat kita selamanya," ujarnya.

Mengenai imigrasi, masalah utama bagi para pendukungnya, dia mengatakan Italia akan berusaha menghentikan penyelundupan orang melintasi Mediterania dan bekerja dengan pemerintah di Afrika guna membantu menghentikan arus migran dari Benua Hitam.

Halaman:

Editor: Toni Irawan

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x