Bisnis Ramah Bahasa Isyarat, Semakin Mudah Ditemukan di Amerika Serikat

- 29 Oktober 2020, 21:52 WIB
Bartender Zane Pedersen berkomunikasi dalam bahasa isyarat dengan pelanggan Hollie Fallstone (tengah) dan Kate Fetzer (kanan) di Kedai Bir Streetcar 82  di Maryland./Deplu AS/D.A. Peterson
Bartender Zane Pedersen berkomunikasi dalam bahasa isyarat dengan pelanggan Hollie Fallstone (tengah) dan Kate Fetzer (kanan) di Kedai Bir Streetcar 82 di Maryland./Deplu AS/D.A. Peterson /

ZONA PRIANGAN - Masuk ke toko lalu bisa mengobrol dengan orang yang melayani di balik etalase adalah pengalaman langka bagi orang-orang tunarungu dan sulit mendengar.

Dilansir laman ShareAmerica, Kamis 29 Oktober 2020,  dalam beberapa tahun terakhir ini di berbagai kawasan di Amerika Serikat semakin banyak dibuka bisnis yang ramah tunarungu dan ramah bahasa isyarat — yakni yang menggunakan Bahasa Isyarat Amerika (ASL) sebagai bentuk komunikasi utama mereka.

Terbukanya bisnis ramah tuna rungu di AS ini berkat peluang pendidikan dan pembiayaan yang lebih luas bagi masyarakat tunarungu dan sulit mendengar. Molly Moon’s, jaringan kedai es krim di Seattle, melatih ASL untuk para stafnya yang dapat mendengar. Sebuah kedai bir di Maryland, Streetcar 82 Brewing Company, dimiliki oleh tunarungu dan menawarkan kelas ASL kepada pelanggan.

Baca Juga: Jadwal Lokasi Mobil Layanan SIM Keliling di Kabupaten Bandung, Jumat 30 Oktober 2020

Dilansir ShareAmerica, kedai kopi Starbucks yang dibuka pada Oktober 2018 di koridor H Street di Washington adalah kedai jaringan Starbucks yang ASL-sentris pertama di Amerika Serikat.

Di kedai Signing Starbucks (Berbahasa Isyarat) ini, demikian sebutannya, karyawan menerima pesanan dalam ASL dari mahasiswa dan profesor Universitas Gallaudet yang berada di dekat sana, universitas pertama di dunia yang terutama melayani mahasiswa tunarungu dan sulit mendengar. Pelanggan yang bisa mendengar menulis pesanan mereka di papan elektronik.

“Kami menciptakan sejarah,” kata Howard Rosenblum, CEO Asosiasi Tunarungu Nasional, saat meresmikan pembukaan kedai tersebut. “Tolong berikan contoh bagi perusahaan dan bisnis lain untuk juga membuka toko dan restoran berbahasa isyarat.”

Baca Juga: Bantu Korban Terdampak Covid-19, Ibas Bagi-bagi Fasilitas Wi-fi untuk Siswa dan Guru di Jawa Timur

Sebuah bisnis memenuhi syarat sebagai ramah tunarungu jika memasarkan kepada komunitas tunarungu, memberikan informasi visual yang jelas kepada pelanggan, berupaya melatih bahasa isyarat untuk para stafnya yang dapat mendengar, dan memiliki kebijakan yang mendorong perekrutan dan pelatihan penyandang tunarungu.

Mempekerjakan karyawan tunarungu dan sulit mendengar, terutama untuk posisi manajemen, adalah kunci bagi komunitas tunarungu untuk maju dalam bisnis, kata Tom Baldridge, seorang profesor bisnis di Universitas Gallaudet.

Baldridge memimpin mahasiswa Gallaudet mengajari para pelaku bisnis di Washington, seperti yang ada di dekat H Street, tentang cara menjalankan praktik-pratik yang ramah tunarungu. Dia juga mengajarkan para mahasiswanya cara membuka usaha sendiri

Baca Juga: Harus Jalani Rapid Test, Wisatawan yang Berkunjung ke Terasering Panyaweuyan, Majalengka

Streetcar 82, kedai bir di Maryland, berawal dari sebuah kemenangan kompetisi presentasi bisnis yang digelar Institut Inovasi dan Kewirausahaan Gallaudet untuk pertama kalinya pada 2016. “Kami jadi percaya diri,” kata ko-pemilik Sam Costner kepada universitas. “Kami termotivasi.”

Baldridge menambahkan, “Mempekerjakan dan melatih penyandang tunarungu dan sulit mendengar ke posisi manajemen memberikan teladan yang jelas dan konkret untuk diikuti oleh pelaku bisnis lain dan remaja tunarungu.” katanya.***

Editor: Didih Hudaya ZP


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x