Bersedekah Kepada Pedagang Tutut, Tidak Menyakiti Istri dan Bisa Menyenangkan Tetangga

30 April 2021, 17:06 WIB
Olahan makanan tutut.* /Smangap /Via ruangterang.com

ZONA PRIANGAN - Menjelang buka puasa Bulan Ramadan, satu keluarga -- suami, istri, dan tiga anaknya -- sudah berkumpul di ruang makan.

Sambil menunggu adzan maghrib, di meja makan sudah tersedia aneka takjil, minuman segar, dan aneka masakan untuk buka puasa.

Adzan maghrib belum berkumandang, di luar rumah justru terdengar suara penjual tutut menawarkan dagangannya.

Baca Juga: Infak dan Sedekah Itu Berbeda tapi Hukumnya Sunah, Sedangkan yang Wajib Zakat Fitrah

"Tutut...tarutut. Tututnya pak haji...tututnya bu haji," ibu penjual tutut suaranya terdengar parau.

Sang suami bergegas membuka pintu rumah, mencari dan memanggil penjual tutut.

Ketika penjual tutut sudah mendekat, dia kembali menawarkan: "Mau beli berapa bungkus pak haji?"

Baca Juga: Waktu Kecil Senang Adu Jangkrik, Adu Ikan Cupang dan Adu Ayam, Pas Dewasa Begini Akibatnya?

Yang dipanggil pak haji balik bertanya: "Satu bungkus plastiknya berapaan?"

"Cuma lima ribu pak haji," jawab penjual tutut.

Akhirnya pak haji membeli lima bungkus plastik dan menyerahkan uang Rp50 ribu.

Baca Juga: Ini Akibatnya Kalau Sedekah Rp10 Ribu di Kencleng Masjid Merasa Terlalu Besar

Si penjual hendak memberikan uang kembalian Rp25 ribu, namun pak haji buru-buru mencegahnya sambil berkata: "Ambil saja uang kembaliannya."

Di dalam rumah, istri pak haji sudah memasang muka cemberut. Dia lantas berkata: "Ayah, ibu sudah banyak masak, kok masih beli tutut."

Si pak haji menjawab: "Ayah tetap makan masakan ibu. Kalau ibu dan anak-anak tak berkenan makan tutut, ya bisa diberikan kepada tetangga yang membutuhkan."

Baca Juga: Stop! Penggunaan Husnul Khatimah untuk Orang Meninggal, Itu Kebiasaan Tidak Tepat

Pak haji meneruskan ucapannya: "Ayah cuma ingin membantu penjual tutut saja. Kasihan menjelang maghris dia masih keliling."

"Bisa saja ayah memberikan Rp50 ribu tanpa mengambil tututnya. Namun itu bisa menyinggung perasaannya," ujar pak haji.

"Kalau saat ini tidak ada yang berkenan makan tutut, mungkin tetangga ada yang mau. Jadi sedekahnya bisa dua kali, ke pedagang tutut dan ke tetangga," ucap pak haji menjelaskan.

Baca Juga: Diledek Baru ke Masjid setelah Pensiun, Tidak Perlu Berkecil Hati, Selama Berniat Taubat

Akhirnya keluarga itu makan masakan yang dibuat bu haji, saat buka puasa masuk waktunya.

Itulah gambaran pak haji yang bijak. Bersedekah tanpa menyakiti istrinya, tidak menyinggung perasaan pedagang tutut, dan bisa menyenangkan tetangga yang dapat kiriman tutut.***

Editor: Parama Ghaly

Tags

Terkini

Terpopuler