Lewat Storytelling Asah Kreatifitas dan Cara Berkomunikasi, Bisa Jangkau Generasi Muda Gencarkan Edukasi Gizi

18 Mei 2022, 22:28 WIB
Lewat storytelling asah kreatifitas dan cara berkomunikasi, bisa jangkau generasi muda gencarkan edukasi gizi. /dok. Yaici/

ZONA PRIANGAN – Di era digital sekarang ini, kompetensi yang perlu dikuasai anak adalah storytelling.

Karena saat ini metode tersebut telah berkembang menjadi media pembelajaran yang sangat efektif.

Metode storytelling sendiri merupakan salah satu bentuk penyampaian pesan-pesan yang secara tidak langsung dekat dengan keseharian anak muda, bahkan sejak usia anak-anak.

Baca Juga: Jabar Bangga Masuk Timnas Hoki Indonesia yang Lolos ke Putaran Final Asian Games Hangzhou 2022

Founder Kampung Dongeng Indonesia (Kado), Awam Prakoso, mengatakan bahwa kegiatan lomba StoryTelling Edukasi Gizi yang digagas bersama Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) fokus pada pelibatan generasi muda untuk dapat lebih peduli lagi pada kecukupan asupan gizi.

"Melalui kegiatan ini, anak akan terlatih untuk berkomunikasi, berani tampil di depan banyak orang dan juga kreatifitasnya akan terasah. Disamping itu anak juga akan terbiasa untuk belajar, menggali lebih banyak informasi, seperti dengan topik edukasi gizi seperti ini, akan lebih melekat baik untuk si anak maupun audiensnya," kata Awam, Senin, 16 Mei 2022.

Lebih lanjut Awam mengatakan, lomba storytelling dengan topik edukasi gizi dan susu yang baik untuk anak telah dimulai sejak Maret 2022.

Baca Juga: Callista Arum Puji Habis-habisan Junior Roberts, Sebut Junior Roberts Enak Banget Diajak Diskusi

"Selama kurun waktu lebih kurang 1 bulan penyelenggaraan, telah terkumpul sekitar 200 karya berupa video edukasi yang dipublikasikan di sosial media, baik melalui platform Instagram maupun youtube," ungkapnya.

Lomba video edukasi gizi tersebut, lanjut Awam, diikuti oleh peserta dari berbagai kalangan usia, mulai dari usia dini, SD hingga dewasa.

"Saat ini, telah terpilih 20 karya terbaik yang selanjutnya akan menjadi materi yang dapat digunakan sebagai materi sosialiasasi dan edukasi gizi," ujarnya.

Baca Juga: Eza Gionino Selingkuhi Ririn Dwi Ariyanti, Simak Sinopsis Lengkap Sinetron Cinta Setelah Cinta Disini!

Ketua Harian YAICI, Arif Hidayat, juga menyampaikan apresiasinya terhadap Kado dan juga seluruh peserta.

"Selama ini topik gizi itu identik dengan orang tua. Tapi melalui metode storytelling ini, kita dapat menjangkau lebih banyak lagi kalangan. Bukan hanya orang tua, tapi edukasi ini langsung ke anak-anak dan para remaja, yang memang sebenarnya sasaran utama dari edukasi ini," katanya.

Arif pun berharap, para generasi muda ini dapat menjadi agent of change untuk dapat memutus rantai gizi buruk di Indonesia.

Baca Juga: Sinopsis Sinetron Roda Roda Gila, Dibintangi Junior Roberts dan Callista Arum, IntipKisah Cinta Pembalap Motor

Sebelumnya, YAICI dan Kado juga telah melakukan rangkaian kegiatan literasi gizi. Sebagaimana diketahui, Indonesia masih darurat literasi.

Hasil Programme for International Students Assessment (PISA) tahun 2018, menunjukkan bahwa 70% siswa di Indonesia memiliki kemampuan baca rendah (di bawah Level 2 dalam skala PISA).

"Artinya, mereka bahkan tidak mampu sekadar menemukan gagasan utama maupun informasi penting di dalam suatu teks pendek," jelas Arif.

Baca Juga: Sinopsis Sinetron Garis Cinta, Tayang Setiap Hari di SCTV Pukul 14.00 WIB, Kisah Pasutri yang Mencari Anak

Hal ini, lanjut Arif, diperparah dengan angka minat baca di Indonesia yang juga rendah. Pada tahun 2018, survei dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa persentase penduduk di atas usia 10 tahun yang membaca surat kabar atau majalah hanya 14,92%.

"Angka ini lebih rendah dari persentase 15 tahun sebelumnya (23,70%). Padahal, selama hampir 15 tahun, pemerintah telah menerbitkan berbagai kebijakan nasional untuk mengatasi krisis literasi ini," paparnya.

Buruknya budaya literasi di Indonesia ini yang menjadi pemicu persoalan gizi buruk dan stunting yang tak kunjung usai.

Baca Juga: 142 Cerita Edukasi Gizi dan Fakta Kental Manis Karya Guru PAUD Siap Dibukukan YAICI dan Himpaudi

"Salah satu bukti rendahnya literasi masyarakat adalah masih ditemukannya susu kental manis dikonsumsi sebagai minuman susu. Dalam temuan kami baik data dari hasil survey maupun saat bertemu langsung dengan masyarakat, masih banyak yang beranggapan bahwa susu kental manis adalah susu yang dapat dikonsumsi sebagai minuman susu," ungkapnya.

Menurut Arif, alasannya karena sudah terbiasa, ada yang merasa pernah mendengar aturan penggunaan susu kental manis, tapi tidak ingin mencari tahu. Ini menunjukkan literasi rendah, masyarakat tidak teredukasi.

Seperti diungkap Arif, pegiat literasi Maman Suherman yang sekaligus menjadi salah satu juri dalam kompetisi storytelling tersebut mengatakan hal yang sama, bahwa perjuangan mengajak orang berliterasi tidak hanya berhenti sampai BPOM mengeluarkan ketentuan tentang susu kental manis.

Selian itu, lanjut Maman, bicara literasi bukan hanya sekedar baca tulis, tapi mengerti apa yang di baca. Sebagai contoh, BPOM telah melarang penggunaan susu kental manis sebagai pengganti ASI. Tapi di rak-rak supermarket, produk ini berada berdampingan dengan susu.

"Lalu masyarakat beli dan dijadikan susu untuk anak. Kalau masyarakat sudah paham literasi, hal seperti ini tidak akan terjadi," pungkasnya.***

Editor: Yurri Erfansyah

Tags

Terkini

Terpopuler