Ilmuwan Memperingatkan: Arus Samudra Atlantik Bisa Kolaps pada 2060

28 Juli 2023, 09:00 WIB
Arus Samudera Atlantik akan kolaps sekitar 2060.* /NOAA

ZONA PRIANGAN – Beberapa ilmuwan telah mengungkapkan sebuah kalkulasi iklim yang tak menyenangkan, berdasarkan emisi gas rumah kaca.

Mereka memprediksi arus di Samudra Atlantik akan runtuh sekitar tahun 2060 bila tidak ada perubahan sebelumnya.

Para peneliti di Institut Niels Bohr dan Departemen Sains Matematis, Universitas Kopenhagen memperingatkan hal tersebut dalam jurnal sains Nature Communications, yang dilansir laman UPI.com, baru-baru ini.

atlanBaca Juga: Sturgeon Atlantik, Ikan Langka dari Era Dinosaurus Ditemukan di Pantai Timur Pulau Assateague Amerika Serikat

Mereka memperingatkan mengenai arus samudera yang berfungsi vital untuk mendistribusikan panas, dingin, dan curah hujan di antara kawasan tropis dan Atlantik bagian utara.

Para ilmuwan menggunakan data suhu samudera dari 150 tahun terakhir dan mengkalkulasi arus samudera tersebut, yang dikenal sebagai Sirkulasi Termohalin atau Sirkulasi Balik Meridian Atlantik (AMOC).

"Menggunakan perangkat statistik baru yang diperbaiki, kami melakukan kalkulasi yang memberikan perkiraan yang lebih baik, kapan runtuhnya Thermohaline Circulation ini terjadi, yang belum pernah kami lakukan sebelumnya,” ujar Prof. Susanne Ditlevsen dari Departemen Sains Matematika, Universitas Kopenhagen.

Baca Juga: 3.965 Unit Mobil dari Grup Volkswagen Ada di Kapal Kargo Berbendera Panama yang Terbakar di Samudra Atlantik

Lewat kalkulasinya, para peneliti menemukan arus samudera Atlantik kemungkinan besar akan berhenti dalam 34 tahun, sekitar tahun 2057.

Hal ini terjadi bila emisi rumah kaca saat ini tetap. Hasilnya, akan menambah panas kawasan tropis digabungkan dengan banyaknya badai di kawasan Atlantik Utara.

"Berhentinya AMOC bisa memiliki konsekuensi sangat serius untuk iklim Bumi, dengan perubahan bagaimana panas dan curah hujan didistribusikan secara global,” ujar Prof. Peter Ditlevsen dari Institut Niels Bohr.

Baca Juga: Penjelajah Mars China Menemukan Situs Samudra Purba di Planet Merah

"Sementara pendinginan Eropa tampaknya akan berkurang saat Bumi secara keseluruhan menjadi lebih hangat dan gelombang panas akan sering terjadi.

Keruntuhan ini akan berkontribusi pada meningkatnya panas di kawasan tropis, di mana suhu yang meningkat akan mengancam kondisi kehidupan,” tambah Ditlevsen.

"Hasil kami menggarisbawahi pentingnya menurunkan emisi gas rumah kaca sesegera mungkin.”

Baca Juga: Rumah Paling Terpencil di Dunia Ada di Islandia, Diduga Milik Penyanyi Björk

Penemuan ini bertentangan dengan laporan terakhir dari Intergovernmental Panel on Climate Change, yang menemukan perubahan dalam arus samudera “sangat tidak mungkin” dalam abad ini.

Terakhir sirkulasi samudera terjadi kolaps pada abad es terakhir. Selama peristiwa tersebut, perubahan iklim terjadi secara ekstrem sebesar 10 hingga 15 derajat selama sepuluh tahun.

Saat ini, perubahan iklim mengakibatkan pemanasan pada kecepatan 1,5 derajat dalam sepuluh tahun ini.***

Editor: Didih Hudaya ZP

Sumber: UPI.com

Tags

Terkini

Terpopuler