Hal ini terjadi bila emisi rumah kaca saat ini tetap. Hasilnya, akan menambah panas kawasan tropis digabungkan dengan banyaknya badai di kawasan Atlantik Utara.
"Berhentinya AMOC bisa memiliki konsekuensi sangat serius untuk iklim Bumi, dengan perubahan bagaimana panas dan curah hujan didistribusikan secara global,” ujar Prof. Peter Ditlevsen dari Institut Niels Bohr.
Baca Juga: Penjelajah Mars China Menemukan Situs Samudra Purba di Planet Merah
"Sementara pendinginan Eropa tampaknya akan berkurang saat Bumi secara keseluruhan menjadi lebih hangat dan gelombang panas akan sering terjadi.
Keruntuhan ini akan berkontribusi pada meningkatnya panas di kawasan tropis, di mana suhu yang meningkat akan mengancam kondisi kehidupan,” tambah Ditlevsen.
"Hasil kami menggarisbawahi pentingnya menurunkan emisi gas rumah kaca sesegera mungkin.”
Baca Juga: Rumah Paling Terpencil di Dunia Ada di Islandia, Diduga Milik Penyanyi Björk
Penemuan ini bertentangan dengan laporan terakhir dari Intergovernmental Panel on Climate Change, yang menemukan perubahan dalam arus samudera “sangat tidak mungkin” dalam abad ini.
Terakhir sirkulasi samudera terjadi kolaps pada abad es terakhir. Selama peristiwa tersebut, perubahan iklim terjadi secara ekstrem sebesar 10 hingga 15 derajat selama sepuluh tahun.
Saat ini, perubahan iklim mengakibatkan pemanasan pada kecepatan 1,5 derajat dalam sepuluh tahun ini.***