Mengenal Tradisi King Ho Ping, Megantarkan Roh Leluhur

16 Agustus 2022, 04:53 WIB
Upacara Klenteng Hok Tek Tjeng Sin Majalengka diselenggarakan peringatan King Ho Ping atau Bohto. /Zonapriangan.com/Rachmat iskandar ZP

ZONA PRIANGAN - Upacara Klenteng Hok Tek Tjeng Sin Majalengka diselenggarakan peringatan King Ho Ping atau Bohto, sebagai upacara puncak mengantarkan roh leluhur kembali keasalnya. Peringatan dilakukan secara sederhana oleh umat Budha yang datang dari beragam daerah, Jumat (12/8/2022).

Menurut keterangan Dewan Pembina Klenteng, Siansu Edhy Subarhi, peringatan King Ho Ping adalah upacara memanjatkan doa seperti yang biasa dilakukan kalan sembahyang pada umumnya. Namun pada upacara kali ini sekaligun memohon pada tuhan agar Tuhan mengampuni semua dosa yang telah meninggal dunia, mereka yang belum mendapat tempat secara baik agar ditempatkan di sisi Tian Yang Maha Agung.

Kegiatan tersebut biasa dilakukan di bulan ke tujuh imlek setelah tanggal 15. Kegiatan bisa dilakukan hingga akhir bulan ke tujuh imlek.

Baca Juga: Jelang HUT RI, Pengadilan Negeri Majalengka Mengajak Masyarakat Miliki Rasa Nasionalisme

“15 Chit Gwee tahun ini jatuh pada 12 Agustus 2022. Ini sekaligus pelimpahan jasa-jasa kepada leluhur. Disamping menyampaikan doa memohon ampunan juga agar semua leluhur yang telah meninggal ditempatkan di sisi Tian Yang Maha Agung”. ungkap Edhy Subarhi.

Pada upacara ini diawali dengan sembahyang di 9 altar yang berisi sesajen dengan melambangkan lima warna serta samseng tiga binatang darah dan air, ada juga kertas-kertas berwarna kuning juga nama-nama yang telah meninggal yang akan dodiakan.

Sesajen pada altar tesebut diantaranya adalah buah-buahan yang menunjukan lima warna, merah, hijau, putih, kuning dan coklat. Kuning bisa dengan pisang raja, hujau dengan buah jambu pir hujau, putih juga degan pir puih, merah menggunakan apel, coklat sebagai lambang tanah menggunakan sawe.

Baca Juga: Demi Meningkatkan Swasembada Beras, Ribuan Petani di Majalengka Mendapatkan Pelatihan

Sedangkan samseng degan tiga binatang bisa menggunakan daging sapi, daging babi, binatang darat bisa dengan ayam serta binatang air dengan ikan. Selain itu sesajen lainnya adalah lima macam kue dengan lima warna hingga manisan.

Seksie Upacara Klenteng Hok Tek Tjeng Sin, Ika Wartika pada upacara King Ho Ping ini juga ada prosesi membakar replika perahu dan uang. Ada 100 perahu terbuat dari kertas dan uang dengan jumlah yang sama dan kedemuanya diwadahi karung. Disamping altar tertulis nama-nama almarhum yang didoakan, nama-nama tersebut ditulis di kertas warna putih merah

“Perahu ini melambangkan untuk penyeberangan para leluhur, untuk mendapatkan tempat di sisi Tian Yang Maha Agung.” katanya.

Baca Juga: Bupati Majalengka Berikan Beasiswa untuk Anak Korban Kecelakaan Maut

Sedangkan sesajen lainnya berupa makanan dan kue dengan lima warna sebagai pengenangan dan penghormatan bagi arwah umum maupun keluarga. Serta menyajikan minum sebagai simbol jamuan layaknya arwah masih hidup di dunia.

“Kalau makanan ini adalah keinginan orang hidup sebagai penghormatan saja karena orang mati sudah tidak membutuhkan makan dan minum,” ungkap Edhy Subarhi.

Semua sesajen yang disajikan, biasanya dibagikan kepada mereka yang hadir di tempat ibadah, sedangkan beras, mie, telur dan makanan mentah juga makanan kemasan pabrik lainnya dibagikan kepada masyarakat umum. Untuk mereka yang membutuhkan.

Baca Juga: Cuaca Panas dan Angin yang Cukup Kencang Diperkirakan Berlangsung hingga September Mendatang

Sementara itu mereka yang menyampaikan doa pada acara King Ho Ping berasal dari Jakarta, Bekasi, Sumedang, Bandung.***

Editor: Yudhi Prasetiyo

Tags

Terkini

Terpopuler