Antisipasi Banjir, Tiap Rumah Harus Miliki Dua Lubang Cerdas Organik

3 Juli 2020, 05:45 WIB
Badega Lingkungan Kabupaten Bandung, Jajang Mahmudin. /

ZONA PRIANGAN - Badega Lingkungan Kabupaten Bandung Jajang Mahmudin menuturkan, Badega sebagai relawan lingkungan terus memberikan edukasi kepada masyarakat terkait berbagai persoalan lingkungan di tengah-tengah masyarakat.

Di antaranya tentang sajiwa (satu rumah dua lubang cerdas organik). Selain itu satapok (sabilulungan tanam pohon kesayangan), minimal satu orang menanam dua pohon kesayangan.

"Kita dari Badega lingkungan turut mengawal program Bupati Bandung berkaitan dengan realisasi sajiwa dan satapok," kata Jajang, di Desa Ciparay Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung, Kamis 2 Juli 2020.

Ia berharap dengan adanya dua program tersebut bisa secara masif dalam sosialisasinya kepada masyarakat, dengan melibatkan peran aparatur desa maupun kecamatan.

"Program sajiwa dan satapok ini harus terus disosialisasikan kepada masyarakat," ucapnya kepada wartawan Galamedia, Engkos Kosasih.

Untuk mengoptimalkan program sajiwa dan satapok itu, Jajang berharap, ada dukungan anggaran minimal Rp 50 juta per desa per tahun.

Penanaman pohon

Dari besaran anggaran itu, sebesar Rp 25 juta bisa digunakan untuk pembuatan lubang cerdas organik dan sisanya untuk penanaman bibit pohon.

"Dengan anggaran yang ada itu, khususnya untuk pembayaran hari orang kerja dalam pembuatan lubang cerdas organik," katanya.

Menurutnya, minimal dengan anggaran sebesar itu, satu desa dalam setahun bisa merealisasikan 1.000 lubang cerdas organik.

Dengan banyaknya pembuatan lubang cerdas organik, dapat menanggulangi dan meminimalisir ancaman banjir.

Di Kabupaten Bandung itu mencapai 270 desa dan 10 kelurahan, satu lubang cerdas organik bisa menyerap air minimal mencapai 1 meter kubik.

"Jadi di kala turun hujan, air bisa terserap melalui lubang cerdas organik tersebut," ucap Jajang.

Pemberdayaan masyarakat

Ia menuturkan, karena pentingnya pembuatan lubang cerdas organik itu, minimal satu hari di masing-masing desa maupun kelurahan bisa membuat empat lubang cerdas organik dengan melibatkan pemberdayaan masyarakat.

Yang jelas dengan adanya pembuatan lubang cerdas organik, selain dapat meresap air hujan juga untuk menampung sampah organik dari sisa rumah tangga.

"Itulah pentingnya melakukan sosialisasi kepada masyarakat, terkait fungsi dan manfaat lubang cerdas organik," tambahnya.

Ia pun meyakini dengan pembuatan lubang cerdas organik dapat mengurangi genangan air atau ancaman banjir. Selain itu dapat mengurangi tumpukan sampah rumah tangga di tempat pembuangan sampah sementara maupun tempat pembuangan sampah akhir.

"Dengan pembuatan lubang cerdas organik ini dapat mengimbangi jumlah penduduk di Kabupaten Bandung, di antaranya dari sisa sampah organik yang dihasilkan oleh masing-masing warga. Satu warga itu bisa menghasilkan 1,4 kg sampah per hari," katanya.

Sementara untuk sampah anorganik, ia mengatakan dengan sendirinya akan membangkitkan kepedulian masyarakat untuk mengelola sampah tersebut.
"Sampah anorganik itu bisa dimanfaatkan dan bisa dijualbelikan," ujarnya.***

 

Editor: Parama Ghaly

Tags

Terkini

Terpopuler