Gelar Syukuran, Warga di Kampung Peundeuy Ramai-ramai Enggan Menerima Bantuan

22 Agustus 2020, 06:20 WIB
ILUSTRASI dana bantuan.*/PIXABAY /

ZONA PRIANGAN - Pada umumnya, masyarakat akan sangat mengharapkan untuk mendapatkan bantuan dari pemerintah, apalagi dengan kondisi perekonomian mereka yang terbilang kurang mampu.

Namun lain halnya dengan yang dilakukan warga Kecamatan Peundeuy, Kabupaten Garut yang justru memilih mengundurkan diri secara beramai-ramai sebagai penerima bantuan Program Keluarga Harapan (PKH).

Informasi yang dihimpun, warga di kecamatan yang masuk daerah pelosok Garut selatan ini yang telah mengundurkan diri dari penerima bantuan PKH selama tahun 2020 ini sudah mencapai 60 KK. Aksi pengunduran diri massal itu mulai terjadi tak lama setelah hari raya Idulfitri lalu.

Baca Juga: Rumor Reshuffle Kabinet Makin Deras Beredar, AHY Masuk, Prabowo Bakal Digeser

Jumlah KK yang mengundurkan diri dari penerima bantuan PKH di wilayah itu, paling banyak berasal dari Kampung Peundeuy, Desa Saribakti yang mencapai 23 KK.

Mereka mengundurkan diri secara serentak pda akhir Juni lalu. Sedangkan sisanya, tersebar dari sejumlah kampung lainya yang ada di wilayah Kecamatan Peundeuy dan mereka mengundurkan diri secara bertahap dalam kurun waktu dua bulan terakhir.

Hal unik lainnya yang terjadi, warga yang telah menyatakan mundur dari penerima bantuan PKH itu kemudian menggelar acara syukuran.

Baca Juga: Oposisi Melempem Muncul KAMI, Kini Giliran KITA Hadir untuk Menjawab

Hal ini tentu saja menimbulkan rasa heran, apalagi di masa pendemi Covid-19 seperti sekarang ini yang sangat berdampak terhadap sektor perekonomian.

"Saya sudah sejak tahun 2016 menjadi penerima bantuan PKH dan saya tiba-tiba punya keinginan untuk mengundurkan diri. Saat ini saya merasa tak layak lagi menerima bantuan PKH sehingga akhirnya saya bulat untuk mengundurkan diri," ujar Ikah (42), salah seorang warga Kampung Peundeuy yang memutuskan untuk mengundurkan diri.

Dikatakannya, dirinya memutuskan untuk mengundurkan diri bukannya tanpa alasan.

Baca Juga: Upaya Kasasi Ditolak, Pelawak Qomar Harus Menjalani Hukuman 2 Tahun Penjara

Selama ini ia sering berkonsultasi dengan pendamping PKH terkait bantuan yang diterimanya yang nilainya rata-rata Rp 750 ribu per tiga bulan, meskipun pernah juga mendapatkan hingga Rp 1,5 juta.

Menurut ibu dari lima anak ini, petugas pendamping sering bertanya kepadanya terkait uang bantuan yang diterimanya selama ini digunakan untuk apa saja?

Selain itu, pendamping juga sering menyarankan untuk mundur apabila Ikah merasa sudah mampu.

Baca Juga: Festival Sepak Bola, Menyiapkan Pemain Masa Depan untuk Persib

Ikah menuturkan, berkat bantuan PKH yang diterimanya selama ini, dirinya telah berhasil menguliahkan anak pertamanya di UIN Bandung dan kini sudah menjadi sarjana hukum.

Sedangkan anak keempatnya, kini sudah mau mengikuti jejak kakaknya, melajutkan kuliah ke UIN Bandung.

"Ada pergolakan batin yang saya rasakan akhir-akhir ini sehingga saya kemudian memutuskan untuk mundur sebagai penerima bantuan PKH. Saya sudah merasa tak pantas untuk terus menerima bantuan," tutur Ikah.

Baca Juga: Ada Pesan dari Megamendung, Pemimpin Itu Harus Mengayomi

Ikah melihat masih ada tetangganya yang lebih membutuhkan bantuan tersebut, termasuk beberapa lansia yang selama ini tidak mendapatkan bantuan.

Menurutnya, meskipun suaminya hanya berprofesi sebagai kuli bangunan, akan tetapi ia merasa rezeki yang selama ini diterimanya sudah cukup untuk bisa membiayai keluarganya, paling tidak untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Kebulatan tekadnya untuk mundur dari penerima PKH, muncul pada bulan puasa lalu sehingga ia pun kemudian menyampaikan niatnya itu kepada anggota kelompok PKH di kampungnya yang semuanya berjumlah 12 KK.

Baca Juga: Sudah Merasakan Goyangan hingga Menjerit-jerit, Kok Bayarnya Cuma Rp 2.000,00

Diakui Ikah, ia tak mengira jika niatnya untuk mundur didukung penuh oleh anggota kelompok yang lainnya.

Bahkan lebih kaget lagi manakala semua anggota kelompok menyatakan akan mengikuti jejaknya, mundur dari penerima PKH dan akhir setelah Idulfitri atau pada Bulan Juni lalu, mereka benar-benar mundur.

Dituturkan Ikah, sewaktu dirinya masih mendapatkan bantuan PKH, uangnya tak semuanya digunakan untuk keperluan keluarganya.

Baca Juga: Roti Unyil Cucu Sumiati Mulai Dikenal di Cimahi

Ia selalu menyisihkan sebagian untuk diberikan kepada tetangganya yang tak menerima bantuan padahal sangat membutuhkannya.

"Alhamdulillah, setelah saya mundur dari PKH, saya tak pernah merasa kekurangan rezeki. Perasaan saya bahkan terasa jauh lebih tenang dari sebelumnya," ucap Ikah.

Ikah pun mengaku sangat bersyukur karena kini ia dan tetangganya yang sudah mundur dari PKH ternyata masih bisa mendapatkan bantuan pemerintah untuk program bantuan bagi yang terdampak Covid-19.

Baca Juga: Ceker Mercon Neng Dinda, Dikenal di Kalangan Pegawai Negeri

Saat ini Ikah pun sedang mengupayakan agar anaknya bisa mendapatkan Kartu Indonesia Pintar (KIP) utuk melanjutkan kuliahnya.

Ia mengaku sangat yakin tidak akan kehilangan rezeki selama percaya terhadap sang Maha Kuasa yang selalu memberikan rezeki terhadap semua ummatnya.

"Bantuan dari PKH yang saya dapatkan selama ini sudah cukup da sekarang biarlah giliran orang lain yang lebih membutuhkan yang mendapatkannya. Saya juga ingin menyamapikan terima kasih kepada pemerintah atas bantuan yang telah kami terima selama ini," kata Ikah.***

Editor: Parama Ghaly

Tags

Terkini

Terpopuler