Kapten Vincent: Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 Jatuh dengan Kecepatan yang Sangat Ekstrim 

- 12 Januari 2021, 05:39 WIB
 Menurut analisa kapten Vincent berdasarkan data dari Flightradar24.com, pesawat jatuh ke kanan dengan kecepatan yang sangat ekstrim yakni 358 knot atau kurang lebih 663 km/jam.*
Menurut analisa kapten Vincent berdasarkan data dari Flightradar24.com, pesawat jatuh ke kanan dengan kecepatan yang sangat ekstrim yakni 358 knot atau kurang lebih 663 km/jam.* /Tangkapan layar Instagram /@vincentraditya

ZONA PRIANGAN - Musibah jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 pada Sabtu, 9 Januari 2021 mengundang kesedihan yang mendalam.

Sesaat setelah pesawat jatuh, data dari Flightradar24 telah menghiasai linimasa Twitter.

Banyak orang yang penasaran dengan data yang dikeluarkan oleh layanan jasa berbasis internet itu.

Baca Juga: Ramalan Mbak You Jadi Kenyataan, Kecelakaan Pesawat Menimpa Sriwijaya Air SJ 182

Kapten Vincent Raditya membantu menganalisa data dari Flightradar24 kurang akurat. Hanya sekadar indikasi saja.

Data itu bukanlah sumber resmi untuk dianalisa awal penyebab jatuhnya Sriwijaya Air SJ-182.

Mengingat saat ini banyak netizen yang bertanya-tanya, kira-kira apa arti dari angka-angka yang dirilis oleh Flightradar24 tersebut.

Baca Juga: Ramalan Mbak You Bikin Degdegan, Tahun 2021 Bakal Terjadi Kecelakaan Pesawat Lagi!

Banyak netizen yang kepo dan bahkan ada orang yang menerka-nerka tanpa dasar, yang ada malah justru membuat banyak orang makin bingung.

"Kita hanya akan membahas dari 'pure' data, kurang lebih penyebabnya apa karena itu bukan wilayah saya atau pun orang-orang lain," kata Vincent Raditya di kanal YouTube-nya Vincent Raditya.

Untuk menyatakan apa penyebab kecelakaan itu, harus berdasarkan data CPR atau pun FDR.

Baca Juga: Terungkap, Jepang Jajah Indonesia Bukan Karena Rempah-rempah atau Emas tapi Incar Pohon Ini

Lebih lanjut, kapten Vincent Raditya mengatakan bahwa waktu yang digunakan di data Flightradar24 adalah waktu UTC (Coordinated Universal Time).

Artinya jam yang ada di pesawat menggunakan jam UTC. Jika kita ada di Jakarta maka kita harus kalkulasi sendiri.

Kalau kita lihat misalnya, jam 6:37 AM berarti kita harus tambah 7, jadi jam 13:37 waktu di Jakarta.

Baca Juga: Pesawat Pembom Xian H-6 China Mengudara, Kalimantan Bisa Jadi Sasaran Tembak dalam Sekejap

Kapten Vincent Raditya mengingatkan bahwa data dari Flightradar24 itu bisa saja salah dan belum tentu akurat.

Kalau kita bicara dari data, sebelumnya mau ingatkan dulu bahwa data di Flightradar24 ini bisa saja salah dan belum tentu akurat.

"Walaupun bisa dikatakan sebagai 'good indicator what happened'," kata kapten Vincent Raditya.

Baca Juga: China Tak Berani Bergerak, Militer Indonesia Siaga di Wilayah Laut Natuna Utara

"Ini bukan satu hal yang pasti, ini hanya ancer-ancer saja. Kita hanya bisa melihat dan bukanlah sesuatu hal yang pasti, bisa jadi benar dan bisa jadi juga salah," tambahnya.

Mengacu pada data itu, posisi pesawat pada pukul 13:37 ada di Jakarta berdasarkan 'parking position' kurang lebih ada di bravo.

Request pushback clearance' di 13:37, biasanya 'start sequence' kurang lebih 3 menit sampai 4 menit lah, pesawat ini sudah 'ready for taxi'.

Baca Juga: Kalahkan Amerika Serikat, Kini Cina Jadi Negara Terkuat di Dunia

"Ini estimasi saja ya, memang cukup umum, pesawat di pushback 1 atau 2 menit," kata pilot Batik Air ini menjelaskan.

Dari data, di menit 40 dia mulai taxi. Yang membuat bingung kenapa taxi-nya ke sebelah kiri.

"Jika kita lihat gambarnya, kita lihat dia taxi ke arah sini, dia taxi seperti ini. Makanya ini rada aneh."

Baca Juga: Tiga Relawan Meninggal setelah Menerima Vaksin Covid-19, Dokter: Korban Tewas Tersambar Petir

"Kita ngga tahu apa yang terjadi di sana, kenapa dia harus taxi ke sini. Makanya saya bilang, flightradar ini bisa jadi tidak akurat karena sensornya belum tentu bisa akurat," tambahnya.

Ini sepertinya kesalahan sensor, bisa jadi dia mendeteksi posisi pesawat pindah-pindah di sini. Padahal masih di sini posisinya.

Kita anggap saja pesawat ini mulai taxi, dan jika dilihat dari sini, pesawat ini sepertinya RTA, dia masuk lagi, kembali ke apron.

Baca Juga: Ditemukan Sinyal Pesawat Sriwijaya Air SJ 182, Para Penyelam Coba Cari Korban

"Kita bisa lihat selama 40 menit pesawat ini dari menit 40 sampai menit 18 baru dia mulai 'taxi out'," ujarnya.

Menurut kapten Vincent, 'take off' nya sendiri bisa dikatakan normal, semua penerbangan, terbang dengan normal.

Tidak ada indikasi apa pun kalau pesawat ini ada masalah, altitude dan speednya normal semua sampai di satu titik. Tiba-tiba pesawat oleng 3 derajat dan itu bisa terjadi jika terjadi turbulensi.

Baca Juga: Tubuh Tiba-tiba Ada Memar, Hati-hati Anda Berarti Sudah Terserang Penyakit Mematikan Ini

Tapi, tiba-tiba, tidak sampai 1 menit, pesawat ini belok kurang lebih dari 46 derajat ke 30 derajat, sudah 16 derajat 'off track', 'speed'nya masih normal.

Altitude-nya masih normal. Ini sesuatu hal yang sudah cukup mencurigakan.

"Walaupun ok lah kalau kita kena turbulensi, kita terpental kembali dan kita masih bisa kembali lagi seperti biasa," kata pilot yang jumlah subscribernya mencapai 4,6 juta ini.

Baca Juga: Hanya di Negara Ini Penduduknya Beragama Islam 100 Persen, Bukan Arab Saudi Loh!

ah ini sudah mulai mengindikasikan, di mana pesawat ini sudah mulai menikung secara 'steeply', ke kiri.

Untuk 'altitude' masih perlahan-lahan, dan di sini sudah terlihat cukup 'off track'. Track ini dari 46 derajat pindah jadi 40 derajat, 40 derajat 'off-track' guys, dari 64 derajat jadi 6 derajat.

Kalian bisa lihat, waktunya 7:40 UTC atau 14:40 WIB, kurang dari 1 menit, pesawat ini 'off-track' 40 derajat.

Baca Juga: 5 Azab Menanti Orang yang Tidak Mau Bayar Utang, Nomor 4 Sangat Mengerikan

"Lihat dari 'altitude' dan 'speed' nya ini masih dikatakan cukup normal," tambahnya.

Kurang dari 1 menit, tiba-tiba pesawat ini menghadap ke kiri, sangat drastis, 'heading' 339. Kurang dari 1 menit, tiba-tiba pesawat ini 'dive down' ke 8.900 dari 10.700, turun ke 8.900.

Ini 2000an guys, dan tiba-tiba 'ground speed' nya menjadi 224. Ini ada kemungkinan 'indicated air speed' dia bisa jadi di bawah 200 knot.

Baca Juga: Membaca 11 Kali Surat Al Ikhlas, Seharian Tidak Akan Terbujuk Godaan Setan

Kalau kita baca dengan kondisi seperti ini. Bisa jadi dibawahnya, artinya dengan pesawat 'decline configuration' sudah cukup berisiko untuk terkena 'stalled'.

"Ini sudah terindikasi bahwa 'altitude'nya dia jatuh, 'deep down' ke 8.950. Lalu, 'the next following' adalah pesawat ini juga jatuh 'speed'nya di bawah 192 knot," ujarnya.

Menurut kapten Vincent, jika 'speed'nya di bawah 192 knot ada kemungkinan 'speed'nya di bawah 170 atau 160 knot.

Baca Juga: Mengutamakan Kantor Terus, Pensiun Tidak Dapat Pesangon, Giliran Wafat Minta Disalatkan di Masjid

Ini menerka berdasarkan data, dan jika dilihat berdasarkan 'ground speed' 115 knot ini, ini indikasi 'crash' kuat sekali.

Kita bisa lihat pesawat ini, terkena 'full stalled', akan sulit sekali untuk di'recover' dengan ketinggian segini (5.400 meter).

'Stalled' itu adalah kehilangan daya angkat. Pesawat ini bisa terbang karena adanya daya angkat.

Baca Juga: Ibu-ibu Jangan Minta Cerai, Sesungguhnya Suami Bisa Dijadikan Tameng dari Api Neraka

"Kalau daya angkatnya hilang, pesawat ini tidak bisa bertahan di udara," kata pilot yang mampu membeli pesawat dari hasil youtube-nya ini.

Kita lihat, ini sudah sesuatu yang sangat nggak normal. Pesawat ini 'off-track' dengan kecepatan yang tidak seharusnya dan dengan ketinggian yang tidak seharunya.

Di poin ini, paling tidak dia sudah 'claimed' di 12.000 atau 13.000. Kalau kita lihat lagi apa yang terjadi, ini kemungkinan adalah titik terakhir.

Baca Juga: Terungkap, Jepang Jajah Indonesia Bukan Karena Rempah-rempah atau Emas tapi Incar Pohon Ini

"Kalian bisa lihat ya, dari menit 7:39 UTC, hanya dalam 1 menit pesawat itu jatuh dari ketinggian 11.000, dia jatuhnya ke kanan dengan kecepatan yang sangat ekstrim 358 knot atau kurang lebih 663 km/jam," pungkasnya.***

Editor: Parama Ghaly

Sumber: YouTube Sobat Dosen


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x