Dia mengaku bisa membuat dodol keranjang karena dulu ketika masih muda bekerja sebagai pembuat dodol di pabrik milik Ny Gendon di Kadipaten. Ketika pemilik pabrik meninggal, tidak memproduksi lagi karena semua putranya tidak bersedia melanjutkannya.
“Pesanan sekarang banyak, bahan baku mudah karena ada pedagang gula dan beras ketan yang mempercayai untuk mengambil barang lebih dulu.
Baca Juga: Sinetron Dari Jendela SMP Jadi Pilihan Utama Kids Zaman Now
Berapapun kebutuhan dipenuhi, keranjang anyaman bambu untuk mencetak diperoleh dari tukang anyaman di Desa Weragati, Kecamatan Palasah, daun juga banyak.
Tapi yang jadi kendala tempat yang tidak tersedia, apalagi kalau hujan terus menerus,” ungkap Iim disertai para pekerjanya.
Tempat penyimpanan dodol dan adonan yang harus dipermentasi setidaknya seminggu cukup menyita tempat. Sementara tempat penyimpanan ruangannya kecil.
Baca Juga: Satu Korban Banjir di Pamanukan Kabupaten Subang Ditemukan Tim SAR Gabungan
Tahun ini dia meproduksi dodol sebanyak 2 ton beras dan gula, dari jumlah tersebut diperoleh hasil hingga tiga ton dodol, yang dijual seharga Rp 35.000 per kg. Setiap kilogramnya berisi tiga buah dodol.
Dodol yang diproduksi hampir semua pesanan, karena ada yang memesan hingga 2 kw seperti halnya Toko Berdikari, Toko Trijaya memesan hingga 1,5 kw, Apotek Quarius hampir 1 kw.