Panen Bawang Merah Untungkan Warga Majalengka, Satu Hari Terkumpul Mencapai 10 Kilogram

- 18 Oktober 2021, 14:55 WIB
Warga Majalengka mengumpulkan bawang merah yang jatuh saat panen.
Warga Majalengka mengumpulkan bawang merah yang jatuh saat panen. /Zonapriangan.com/ Rachmat Iskandar ZP

ZONA PRIANGAN - Musim panen bawang merah tidak hanya menguntungkan para petani bawang merah di wilayah Kecamatan Kadipaten dan Kertajati, Kabupaten Majalengka namun juga membawa berkah bagi warga sekitar yang bersedia memunguti bawang yang jatuh atau tidak tergali pemiliknya kemudian menjualnya dengan harga mahal Rp 15.000 basah.

Menurut keterangan sejumlah warga yang setiap hari memunguti bawang sisa panen, dalam sehari mereka bisa memperoleh bawang hasil memungut atau warga menyebut mupuri, bisa diperoleh hingga mencapai lebih 10 kg. Bawang hasil mupuri ini mereka jual kepada pengepul seharga Rp 15.000 per kg.

“Disaat sepi pekerjaan, karena belum musim tanam padi, sekarang hampir sebagian besar warga memunguti bawang sisa panen. Hasilnya lumayan bisa untuk belanja keluarga,” ungkap  Inah salah seorang warga asal Desa Pakubeureum.

Baca Juga: Inilah 3 Langkah Pemda Majalengka Turunkan Level PPKM

Menurutnya, memungut bawang sisa panen dilakukan tiga kali dalam sehari, pagi mulai pukul 07.00 WIB hinggapukul 09.00 WIB. Siang berangkat lagi usai solat duhur hingga menjelang ashar dan kembali lagi usai soalt asar hingga menjelang magrib. Sekali berangkat diperoleh 3- 4 kg bawang.

Hal yang sama dilakukan tetangganya Ade dan Erus yang tiap gari berkeliling sekitar kampungnya mencari kebun yang tengah di panen.

Ketika berangkat dari rumah mereka membawa karung plastik atau waring serta alat congkelan atau kored untuk menggali bawang yang tertinggal ketika dipanen pekerja. Setelah perolehan banyak mereka baru pulang ke rumah.

Bawang yang mereka peroleh ini hasil memungut dari pukulan yang jatuh, atau tertinggal saat dikumpulkan pekerja usai  dicabuti serta hasil menggali dari rumpun yang terlewati tidak diambil pekerja.

Baca Juga: Fahri Hamzah: Hati-hati aja Dengan Proyek Rugi, Lebih Baik Audit Dulu, Jangan Asal Talangin   

Hasil panen katanya langsung di jual kepada penduduk setempat  atau dijual kepada pengepul karena kebetulan di wilayahnya ada yang menampung. Atau di jual kepada warga Jatitujuh pedagang yang sengaja mencari bawang hasil memungut para pemulung.

“Sekarang tidak ada pekerjaan, kebetulan harga bawangnya mahal, kondisi bawangnya juga bagus.” ungkap Ade.

Yang memunguti bawang ini menurut mereka tidak hanya orang dewasa yang tidak memiliki pekerjaan disaat paceklik, namun juga banyak anak-anak kecil mulai usia SD hingga remaja.

Tak heran jika di perkebunan bawang yang baru dipanen banyak anak-anak dan orang dewasa yang memunguti bawang kemudian menjualnya kepada pengepul yang datang ke rumah-tumah warga.

Baca Juga: Squid Game dalam Kehidupan Nyata Terjadi di China, Pembangkang Dieksekusi dan Diambil Organ Tubuhnya

Saat ini, perkebunan bawang yang tengah dipanen di Desa Pakubeureum dan Karangsambung baru beberapa ratus hektare saja tersebar di beberapa titik sepereti di Blok Cambay dan Nyalindung, Desa Pakubeureun, serta Leuweung Bata, Desa Karangsambung, Kecamatan Kadipaten juga sebagian Desa Kertawinangun.

“Di Blok Ciboer dan Nyalindung belum dipanen. Mudah-mudahan penghasilan bisa terus manjang, harga juga bisa tetap mahal, puncak panen diperkirakan sepuluh hari kedepan,” kata Entur.

Di Desa Pakubeureum dan Kadipaten ada ratusan hektare areal tanaman bawang merah, para petaninya hampir seluruhnya berasal dari Brebes.

Baca Juga: Amerika Serikat Makin Khawatir Rudal Hipersonik China Capai Kecepatan 21.000 mph

Mereka setiap tahun menyewa lahan selama 3 bulanan di beberapa wilayan di Kecamatan Kadipaten, Kertajati dan Jatitujuh. Para pekerjanya mendirikan tenda atau gubuk dari terpal di pinggir sawah hingga bawang dipanen.***

Editor: Yudhi Prasetiyo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x