Stop Komentar Negatif di Media Sosial

- 2 Agustus 2020, 19:10 WIB
Medsos
Medsos /

ZONA PRIANGAN - Dahuni Foundation beserta tim relawannya meluncurkan sebuah gerakan sosial bertajuk “From Insult to Empathy and Empowerment” atau “From I to E”.

Gerakan sosial ini merupakan wujud respons Dahuni Foundation terhadap maraknya komentar negatif di media sosial serta buruknya dampak yang ditimbulkan komentar negatif pada kesehatan mental.

Menurut keterangan Director &  Founder Dahuni Foundation Riyani Indriyati  Franssens,  kedepan, pihaknya, melalui platform media sosial, “From I to E” akan menyajikan berbagai informasi dilengkapi fakta dan data serta pandangan dan paparan kasus dari para ahli terkait fenomena komentar negatif di sosial media.

Baca Juga: Keselamatan Berlalulintas, Bukan Hanya Tugas Kepolisian

“Tidak hanya itu, “From I to E” juga akan menjadikan kanal media sosialnya sebagai platform untuk berbagi cerita atau pengalaman menerima komentar negatif kala menggunakan media sosial.” ungkap  Riyani yang berkantor di Jakarta.

Disampaikan Riyani, Minggu (2/8/2020) Pada 15 Juli 2020 lalu, Dahuni Foundation telah menyebarluaskan survei mengenai dampak komentar negatif di media sosial kepada berbagai elemen masyarakat pengguna media sosial di Indonesia, dan telah berhasil mengumpulkan 1.307 responsden di hari penutupannya.

“Komentar negatif di media sosial seringkali dijumpai dan dapat dialami pengguna media sosial kala berselancar di dunia maya.” katanya.

Baca Juga: Yunani Buka Museum Bawah Laut Pertamanya di Laut Aegean

Survei From I to E kata Riyani, sebanyak 673 responden atau sekitar 51,49% pernah menerima komentar negatif yang mengandung unsur hinaan, cemoohan, kebencian, dan/atau perisakan (bullying), yang menimbulkan ketidaknyamanan para pengguna media sosial.

Menariknya, sebanyak 43,68% pemberi komentar negatif tersebut adalah orang yang tidak dikenal.

Artinya mereka bukanlah teman dekat, anggota keluarga, atau teman kerja, melainkan pengguna media sosial yang identitasnya tidak jelas, tidak terferivikasi, atau bahkan palsu.

Baca Juga: Warga Antusias Menyambut Program Pembinaan Tahfidz Quran

Kemudian, sebagian besar atau sebanyak 57,06% penerima komentar negatif tersebut cenderung memilih untuk tidak merespon komentar negatif yang diterima.

Alasan yang disampaikan beragam, mulai  dari merasa malas untuk membalas, menghindari konflik, dan menghindari perdebatan. Sedangkan sebesar 31,35 merespon bersedia membalasnya saat itu juga.

Menurut Riyani, hal ini penting untuk ditelaah lebih lanjut guna mengetahui dampak tidak merespons terhadap maraknya budaya berkomentar negatif di media sosial.

Baca Juga: Memasuki AKB, Senam Sehat Sabilulungan Digelar Kembali

“Berangkat dari permasalahan tersebut dan kepedulian kami serta diperkuat dari data survei yang diterima, kami menyimpulkan bahwa salah satu langkah nyata yang dapat dilakukan dalam menanggulangi dampak komentar negatif di media sosial adalah dengan menggalakkan sebuah gerakan sosial. “ kata pemilik Yayasan yang bergerak di bidang Pendidikan tersebut

Hal ini turut didukung oleh 72,61% responder survei From I to E yang menyatakan setuju atas perlunya pembentukan gerakan sosial untuk mengedukasi dampak komentar negatif di media sosial.

Ke depan, From I to E berharap dapat menjadi platform yang aman untuk menyebarkan dan meningkatkan kesadaran untuk lebih bertanggung jawab dan bijak dalam menggunakan media  sosial.

Baca Juga: Fitur Runner Telematics pada Kendaraan Niaga Terkini

Kami juga berharap bahwa From I to E dapat menjadi pelopor tumbuhnya gerakan- gerakan sosial lain dalam upaya mengurangi budaya berkomentar negatif di media sosial.

“Harapan saya semoga gerakan kecil kami bisa memberikan kontribusi yang positif dan data menginspirasi teman teman lain untuk berserk bersama sama demi memerangi maraknya komentar negatif di media sosial.” pungkasnya.***

Editor: Yudhi Prasetiyo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x