Setelah 15 Tahun, Pekerja Migran Indonesia di Sudan Akhirnya Pulang ke Majalengka

- 2 Mei 2023, 06:21 WIB
Pekerja Migran Indonesia di Sudan, Nani Suwartiyani memperlihatkan kelingkingnya dipatahkan oleh majikannya.
Pekerja Migran Indonesia di Sudan, Nani Suwartiyani memperlihatkan kelingkingnya dipatahkan oleh majikannya. /Zonapriangan.com/Rachmat Iskandar ZP

ZONA PRIANGAN - Nani Suwartiyani (51) warga RT 03/01, Gang Keramat, Jl.Suma, Kelurahan Majalengka Wetan, kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka yang sudah 15 tahun menjadi TKI di Arab Saudi dan Sudan akhirnya pulang setelah Sudan dilanda konflik perang saudara.

Kepulangannya pada Sabtu (29/4/2023) dalam kondisi sakit akibat bis yang membawanya bersama 44 orang lainnya dari pengungsian ke Konsulat RI terguling ke jurang. Namun dia mengaku bersyukur walaupun kini sulit berjalan karena yang dideritanya tidak separah pekerja migran asal Indonesia lainnya atau teman ke tetangga kabupaten yang lukanya lebih serius hingga harus menjalani perawatan di Rumah Sakait.

“Pinggang serta telinga saya sakit terbentur karena bis masuk jurang, sekarang sulit berjalan malah mengangkat badan untuk berdiri saja kesakitan,” katanya ditemui di rumahnya, Senin (1/5/2023).

Baca Juga: Sampah Rumah Tangga Bercampur dengan Limbah Medis di Majalengka

Kepulangannya ke Indonesia tidak membawa apapun selain pakaian dan dokumen keimigrasian yang terus dipegangnya di tas selendang, sedangkan uang dan barang berharga lainnya hancur. Selama berbulan-bulan dia bersama warga Indonesia lain serta tenaga kerja asal Filipina, Bangkadesh mengungsi ke pedalaman di Soba dan Mayo berjarak sekitar 20 km dari kota tempatnya bekerja karena konflik yang terus menerus, hingga akhirnya KBRI di Khartoun, Sudan, mengevakuasi warga negara RI.

“Saya bersyukur kondisi badan lebih baik dibanding teman-teman asal Indramayu misalnya atau asal Sulawesi yang kondisinya lebih memprihatinkan. Dokumen pribadi juga terselamatkan karena terus dipegang, sedangkan teman saya dari Bayureja, Kecamatan Sukahaji, Majalengka, hilang saat mobil terjun ke jurang,” ungkapnya.

Nani sendiri menjadi pekerja migran di Sudan tanpa sengaja karena dijual oleh majikannya asal Arab Saudi. Di Sudan dia bekerja sebagai chef di sejumlah rumah secara freelancer walaupun sempat bekerja dengan profesi yang sama di sebuah industri susu.

“Situasi tidak aman, dentuman peluru dan meriam terus terjadi akibat konflik. Sebelumnya demo memang biasa terjadi setiap hari Rabu seolah sudah terjadwal, namun awal-awal hanya semburan gas air mata untuk membubarkan aksi, Lama kelamaan aksi menjadi pecah perang bersaudara, hingga negara tidak aman. Padahal ketika datang ke sana 10 tahun lalu negara aman dan ramah,” ungkap Nani, akibatnya warga terus mengungsi ke pedalaman untuk berlindung.

Baca Juga: Sejumlah ASN di Majalengka Tidak Masuk Kerja Tanpa Pemberitahuan


10 taun di Sudan

Nani sendiri bekerja di Sudan tanpa sengaja karena dijual majikannya. Dia semula menjadi pekerja migran di Arab Saudi selama 5 tahun, namun majikan laki-lakinya Abdullah meninggal dunia sedangkan istrinya Fatma asal Sudan kembali ke negara asalnya sambil membawa Nani.

Di Sudan Fatma tidak memiliki pekerjaan tetap sehingga majikannya meminta Nani untuk bekerja di temannya yang ternyata dijual dengan alasan tidak punya uang. Di majikan baru tersebut Nani bekerja sebagai tukang bersih-bersih rumah, hanya dia jarang diberi makan bahkan gaji selama satu setengah tahun bekerja juga tidak dibayar.

“Majikan ini sadis, makanan bekas anjing baru dibelikan untuk dimakan. Tidak diperbolehkan memegang HP, dan HP yang dibawa dari Arab Saudi dirampas,” ungkapnya.

Baca Juga: Harga Daging Sapi, Bawang, Cabai dan Tomat Masih Tinggi

Suatu saat ketika membersihkan perabotan rumah tangga tanpa sengaja dia menyenggol guci yang katanya berharga mahal karena dibeli dari US, guci tersebut pecah. Majikannya marah bukan main hingga akhirnya rambut Nani dijambak diseret dan dikurung di lantai lima serta tangannya kirinya dilukai dengan senjata tajam, kedua jari kelingkingnya dipatahkan hingga kondisi jarinya kini bingkeng.

Selama seminggu di kurung, akhirnya dia mendapat pertolongan dari sesama pekerja asal India yang membawanya keluar rumah ketika majikannya pergi.

“Saya dibawa ke jalan diminta untuk kabur karena di rumah disiksa. Saya dibekali uang 5 pound Sudan, dijalan raya saya terus memohon pertolongan sebisa mungkin dalam kondisi baju dan selendang bersimbah darah. Semua orang di sana menganggap saya orang gila hingga kemudian saya ditemukan orang Eropa dan membawa saya ke Kedutaan RI,” ungkap Nani.

Baca Juga: Ruas Jalan Raya antara Majalengka-Talaga Kembali Longsor

Di kedutaan diobati hingga sembuh, setelah itu orang kedutaanpun memperjuangkan untuk mendapatkan gaji yang belum dibayar namun tidak berhasil, alasan majikan Nani dianggap melarikan diri dan mencuri barang.

Setelah itu pihak KBRI memberikan dua pilihan, pulang atau tetap bekerja. Nani pun memilih untuk tetap bekerja di Sudan dengan alasan masih ada yang harus diperjuangkan untuk keluarganya di Majalengka.

Setelah itu Nani bekerja sebagai pembersih toilet di Bandara, di sana disiapkan mes untuk tinggal serta makan sehari-hari. Kurang lebih tiga bulan bekerja di Airport, setelah itu dia minta tolong kenalannya untuk dicarikan pekerjaan yang lebih baik agar penghasilannya lebih baik.

“Saya bekerja di rumahan seperti sebelumnya hingga akhirnya sebulan bekerja bisa membeli HP baru dan bisa berkomunikasi dengan keluarga di Majalengka setelah bertahun-tahun hilang kontak.” ungkap Nani.

Baca Juga: Mei 2023, Bandara Internasional Kertajati Majalengka Melayani Rute Penerbangan Internasional

Disanapun dia tidak lama karena ada temannya asal Banladesh yang memasukannya bekerja di sebuah perusahaan susu sebagai tukang masak dengan merubah identitas menjadi nama Nandini agar lebih aman, karena dianggap pekerja ilegal.

“Akhirnya saya mengganti nama jadi Nandini, saya bekerja di perusahaan susu sebagai koki dengan anak buah sebanyak 20 orang berasal dari Ethiofia, Libya dan Sudan, di sana di gaji 500 USD, diberi mes. Diperusahaan ini saya dipercaya hingga kunci gudang dipercayakan untuk dipegang saya,” ungkapnya.

Selama berahun-tahun bekerja, namun Nani memilih mengundurkan diri karena beberapa anak buahnya bersekongkol kerap melakukan pencurian.

“Ketika mengundurkan diri pimpinannya memohon untuk tetap bekerja, dia mempercayai penuh. Namun saya tidak nyaman bekerja dengan mereka yang tidak jujur,” ungkap Nani.

Baca Juga: Polres Majalengka Amankan Pelaku Perang Sarung Menjelang Sahur

Nani akhirnya memutuskan untk bekerja sebagai tukang masak rumahan, mendapat panggilan masak dari berbagai acara rapat atau acara keluarga. Namun katanya karena bekerja sebagai pekerja ilegal Nani sering kena tangkap polisi setempat dan dipenjarakan di penjara bawah tanah.

“Setelah dipenjara, kembali masuk penjara. Belakangan polisi yang menangkap itu-itu juga dan akhirnya polisi yang menangkap langsung disogok, uang hasil kerja terus dipake menyuap menghindari masuk penjara,” demikian kata Nani. Meski begitu dia mengaku tetap bisa mengirimi uang kepada keluarganya secara rutin.

Kini dia sudah berkumpul dengan keluarganya yang sudah berpisah selama 15 tahun, tiga anaknya telah menikah, satu anak bungsu yang saat itu ditinggal ketika usian sekitar satu tahunan kini sudah duduk dibangku SMP dan sebentar lagi masuk SLTA. Anak-anak yang telah menikah telah dibangunkan rumah hasil jerihpayahnya di negeri orang.

Baca Juga: Bangunan Pasar Darurat di Pasar Lawas Majalengka akan Segera Dibangun

Lurah Kelurahan Majalengka Wetan Ros Roswati serta Kepala Puskesmas Majalengka dan Kapolsek Majalengka Ajun Komisaris Polisi Fiekry Adi Perdana yang mengunjungi Nani menjanjikan untuk melakukan pengobatan agar segera sembuh dan bisa beraktifitas.***

Editor: Yudhi Prasetiyo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah