Tepatnya, saat dikumandangkan adzan di lokasi sawala, tiupan angin langsung terasa kencang.
Pepohonan pun bergoyang, ada pengunjung yang mengaku bulu kuduknya langsung berdiri.
Baca Juga: Warga Desa Lumbu Masih Menurut Pesan Sesepuh, Tidak Berani Tebang Pohon Bambu Sembarang Waktu
Perasaan mencekam bagi yang tidak biasa berkunjung lokasi tersebut, berangsur normal kembali setelah adzan selesai dan dilanjutkan sawala.
Acara sawala tersebut dipandu langsung Panitia Pelaksana, Dani Danial Muhklis.
"Hajat bumi rutin digelar setiap tanggal 7 Muharram. Pada tahun 2020 M / 1442 H ini merupakan tahun kedua," ujar Danial kepada wartawan Kabar Priangan, Dede Iwan.
Baca Juga: Perjanjian Linggarjati, Belanda Ngotot Ingin Menguasai Bangunan Bekas Gubuk Janda Jasitem
Dikumandangkan adzan itu, sebagai upaya memanggil sukma melalui jalur agama. Diharapkan dari adzan saat hajat bumi ini mampu meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.
Lurah Purwaharja, Erik Kiswanto, berharap melalui ngabumi ini menjadi pintu pembuka budaya sekaligus melestarikan warisan budaya leluhur. Atau, lebih jauhnya mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
"Sebelumnya, acara ngabumi ini tidak akan diizinkan akibat masih pandemi Covid. Karena, ada unsur melestarikan budaya, saat ini diizinkan dengan catatan patuhi protokol kesehatan," ujar Erik.