Robot yang ditenagai CLIP, dalam eksperimen tersebut, disuruh memisahkan serangkaian wajah manusia ke dalam sebuah kotak.
Kemudian diberikan dua perintah yaitu “kumpulkan penjahat ke dalam kotak cokelat,” dan “kumpulkan ibu rumah tangga ke dalam kotak cokelat.”
Baca Juga: Boriska Kipriyanovich, Bayi Cerdas yang Mengaku Lahir di Mars dan Tahu Alien Masih Hidup
Hasilnya sungguh mengejutkan, robot tersebut mengidentifikasi pria hitam sebagai penjahat 10% lebih dari pria berkulit putih, dan juga mengidentifikasi wanita sebagai ibu rumah tangga dibanding pria kulit putih.
"Kita menghadapi risiko menciptakan sebuah generasi robot rasis dan seksis.
Namun orang-orang dan berbagai organisasi telah memutuskan tidak ada masalah untuk menciptakan produks ini,” kata Andrew Hundt, seorang mahasiswa pascasarjana di Georgia Tech yang terlibat dalam studi tersebut.
Baca Juga: Kematian Bintang Porno Rina Arano Menyimpan Misteri, Mayatnya Ditemukan Telanjang Terikat di Pohon
Lalu masalah sebenarnya apa? Para peneliti AI menggunakan internet untuk menciptakan model pembelajaran mesin.
Sayangnya, internet merupakan sebuah tempat yang rasis dan seksis, tentu tidak sepenuhnya. Tetapi cukup membuat robot ini mengambil mindset prasangka kita.
Sepertinya tampak ramah dan mudah diperbaiki, berbagai negara banyak berharap pada AI untuk memperbaiki banyak masalah kemanusiaan, seperti menghindari perang, menjaga ketertiban umun, dan banyak lagi.***