Ziarah Gua Hira, Butuh Fisik yang Prima untuk Mencapai Lokasi Nabi Muhammad SAW Menerima Wahyu

- 24 November 2020, 05:22 WIB
JEMAAH umrah harus antre untuk memasuki Gua Hira, di puncak Jabal Nur.*
JEMAAH umrah harus antre untuk memasuki Gua Hira, di puncak Jabal Nur.* /DOK. ANWAR EFFENDI/

ZONA PRIANGAN - Kalau punya waktu melaksanakan ibadah umrah, jangan lewatkan kesempatan ziarah mengunjungi Gua Hira.

Biasanya setelah menuntaskan rukun ibadah umrah, ada tawaran kepada jemaah untuk mendaki Gunung (Jabal) Nur, dimana Gua Hira berada.

Tidak semua jemaah umrah menerima tawaran tersebut, apalagi yang sudah berusia lanjut dan memiliki kelemahan fisik.

Baca Juga: Di Bukit Teletubbies Kawasan Bromo, Wisatawan Harus Hati-hati saat Memakan Bakso, Ini Penjelasannya

Walau penasaran ingin tahu lokasi Gua Hira, sebagian jemaah umrah pasti mengurungkan niatnya setelah mendapat gambaran bagaimana menantangnya perjalanan ke puncak Jabal Nur.

Selain waktunya yang sempit, juga membutuhkan fisik yang prima untuk mencapai Gua Hira.

Bisa dibayangkan bagaimana perjuangan Rasulullah Muhammad SAW pada masa itu untuk mencapai puncak Jabal Nur.

Baca Juga: Setiap Doa yang Baik Dikabulkan, Ada yang Sesuai Permintaan, Ada juga yang Tidak, Ini Penjelasannya

Untuk saat ini, jemaah umrah sudah dibuatkan trek berupa undakan-undakan untuk mencapai Gua Hira, sebagai lokasi Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertamanya dari Malaikat Jibril.

Sebenarnya puncak dari Jabal Nur tidak terlalu tinggi, ada pada kisaran 500 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Namun untuk mencapai lokasi Gua Hira, rutenya cukup terjal. Memang sudah dibuatkan tangga-tangga pendakian yang memudahkan para pejiarah.

Baca Juga: Covid-19 Menggila di Cirebon, Setelah Dokter, Lurah, dan Camat, Kini Giliran Wali Kota Positif

Hanya sebagian pejiarah tetap saja ada yang tidak kuat. Bahkan mereka yang sudah mencapai setengah perjalanan, ada yang memutuskan untuk kembali turun.

Dari Kota Mekah, perjalanan menuju ke Gua Hira kira-kira mencapai 4 km dan dilakukan pada malam menjelang dini hari.

Jemaah bisa memanfaatkan kendaraan umum dan bisa melakukan tawar menawar yang akhirnya dikenakan tarif 20 real per orang.

Baca Juga: Kawasan Gunung Bromo, Banyak Wisatawan Menahan Kencing, Ini Faktanya

Lebih baik kendaraan umum itu diminta untuk menjemput kembali (pulang pergi) agar memudahkan perjalanan pulang jemaah.

Kendaraan umum mengantarkan peziarah ke Gua Hira biasanya hanya mencapai 100 meter sebelum ke kaki Jabal Nur.

Peziarah langsung disuguhi perjalanan menanjak. Di kaki Jabal Nur banyak ditemui para pedagang. Mulai dari pedagang hiasan hingga oleh-oleh khas Arab.

Baca Juga: Rajin Membaca Surat Al Ikhlas di Setiap Ada Kesempatan, Kematian Muawiyah Dimuliakan Allah SWT

Di situlah para pejiarah yang tidak membawa perbekalan, bisa menyiapkan diri untuk membeli makanan atau minuman.

Dijual juga berbagai jenis tongkat penyangga, untuk membantu para pejiarah yang berusia lanjut saat melakukan pendakian.

Di awal pendakian Jabal Nur, pejiarah masih merasa nyaman melakukan perjalanan. Perlu diketahui, hampir sebagian besar peziarah melakukan perjalanan ke puncak Jabal Nur pada dini hari.

Baca Juga: Dikira Hoaks, Warga Cirebon Kaget Isi BBM Pertalite di SPBU Kesenden Cuma Bayar Rp6.450,00 per Liter

Suasana sekitar masih gelap, jadi sangat berguna alat penerangan berupa senter. Pastikan senter masih menggunakan baterai yang baru, sehingga sinarnya membantu perjalanan.

Sepertiga perjalanan, pejiarah terus melahap rute yang menanjak. Jarang ditemui medan yang mendatar, sehingga pejiarah sulit untuk menghela napas panjang. J

ika perjalanan normal, baru pada menit ke-15 pejiarah menemukan tempat berupa saung-saung. Di lokasi itu, peziarah bisa beristirahat dan mengatur napas.

Baca Juga: Pecel Parti, Kuliner Khas Magetan, Jawa Timur yang Cocok dengan Perut Orang Sunda

Setelah sepertiga perjalanan, memang banyak tempat peristirahatan yang bisa dijumpai peziarah.

Di tempat peristirahatan itu, lagi-lagi pejiarah disuguhi sejumlah pedagang.

Tidak hanya pedagang, pejiarah pun bisa menemukan sejumlah pengemis. Tampaknya pengemis-pengemis itu menetap, karena sebagian dari mereka ada yang membawa penerangan berupa petromak.

Baca Juga: Usai Apotek, Kota Cirebon Dikejutkan Covid-19 dengan Klaster Kecamatan, Kelurahan dan Puskesmas

Butuh waktu 30-40 menit untuk mencapai puncak Jabal Nur. Tepat di puncak Jabal Nur, tersedia tempat istirahat yang lebih baik.

Bahkan di lokasi itu tersedia lahan yang datar dan sudah terpasang karpet.

Di lokasi itulah para peziarah bisa memandang keindahkan Kota Mekah dengan gemerlap lampu.

Baca Juga: Hadapi 90.000 Kasus Pelecehan Seksual, Organisasi Pramuka Terancam Bangkrut untuk Bayar Kompensasi

Kabah dan Masjidil Haram terlihat megah dengan pendaran lampu. Terlihat juga Menara Abdulaziz yang terpasang jam besar.

Pemandangan gedung pencakar langit tertinggi kedua di dunia itu sangat mencolok dibandingkan bangunan lainnya.

Sembari istirahat, sejumlah pejiarah melakukan salat tahajud di puncak Jabal Nur. Di area yang datar itu, bisa juga dilaksanakan salat subuh berjamaah.

Baca Juga: Masih Utuh, Mayat Dua Pria yang Meninggal Tahun 79 Masehi Ditemukan di Sebuah Vila

Dimanakah letak Gua Hira? Untuk mencapai gua yang menjadi tempat bertafakkur Nabi Muhammad SAW, para peziarah kembali harus menuruni tebing di balik punggung Jabal Nur.

Lokasinya sangat curam dan mirip dengan jurang. Walau begitu pejiarah tidak perlu khawatir karena sudah dipasang sejumlah pengaman.

Setelah menuruni lereng yang curam, pejiarah harus melewati celah sempit di antara batu yang besar. Bagi peziarah yang berbadan besar, celah itu agak sulit dilalui.

Baca Juga: Mayat Mutilasi Hebohkan Penghuni Apartemen Kalibata City, Polisi Sudah Tangkap Pelakunya

Dari celah itu, pejiarah belok ke kiri maka akan menemukan Gua Hira. Tidak seperti yang diperkirakan sebelumnya, Gua Hira ternyata cukup kecil dan hanya bisa menampung tiga pejiarah yang ingin memasukinya.

Tingginya kira-kira dua meter. Gua tersebut cukup gelap dan tidak tersinari cahaya matahari sejak terbit hingga tenggelam.

Dari dinding gua sebelah kanan, ada semacam celah yang menghubungkan gua ini dengan udara bebas di luar.

Baca Juga: Perusahaan Unik, Absensi Karyawan Berupa Salat Dhuha, Hafal Alquran 1 Juz Dapat Hadiah Umrah

Angin yang berhembus terasa sangat kencang dan sejuk. Berada dalam gua tersebut sangat nyaman. Pantas Nabi Muhammad SAW begitu khusyu bertafakur. Subhanallah.***

Editor: Parama Ghaly


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x