Tradisi Rewang Masyarakat Jawa di Lampung, Tetap Dilakukan Turun Temurun sebagai Penentu Suksesnya Hajatan

- 29 Desember 2022, 06:30 WIB
Tradisi rewang masih dilakukan turun temurun oleh masyarakat Jawa yang bermukim di Dusun Tempuran, Trimurjo, Lampung Tengah.
Tradisi rewang masih dilakukan turun temurun oleh masyarakat Jawa yang bermukim di Dusun Tempuran, Trimurjo, Lampung Tengah. /ZonaPriangan.com/Renny Fitriastuti/

ZONA PRIANGAN – Masyarakat Jawa di Lampung yang sudah bermukim lama sejak adanya transmigrasi zaman Hindia Belanda tidak melunturkan budaya asalnya.

Termasuk tradisi rewang yang sangat lekat dengan kehidupan di desa dengan kultur Jawa.

Rewang sendiri adalah kegiatan gotong royong untuk membantu hajatan yang dilakukan oleh para Ibu dan Bapak tetangga sekitar si empunya hajatan.

Baca Juga: Kinubella Ikan Berwarna Menyilaukan di Jepang Ini Mendadak Viral Karena Fisiknya Mirip di Film Avatar

Ibu-Ibu yang kebagian jatah memasak serta menyiapkan santapan hajatan dan para Bapak menyiapkan tenda hajatan atau lainnya.

Termasuk tradisi rewang yang ada di Dusun Tempuran, Trimurjo, Lampung Tengah, yang sempat tim ZonaPriangan.com liput.

Masyarakat Jawa di sini masih sangat banyak, mereka tetap melakukan tradisi rewang secara turun temurun.

Baca Juga: Kuil Miring di Desa Chiayi Merupakan Menara Pisa Versi Taiwan, Terbentuk Akibat Badai Dahsyat

Rewang pun merupakan parameter penentu suksesnya acara hajatan.

Para Ibu yang menyiapkan segala keperluan, dari mengupas bawang, menanak nasi, memasak menu hajatan, hingga menyajikan santapan prasmanan hajatan untuk para tetamu.

“Biasanya rewang dilakukan tiga hari sebelum hajatan, kami menyiapkan masakan untuk punjungan, kenduren, hingga santapan hajatan itu sendiri,” ucap Ibu Parmi sebagai pionir rewang kepada ZonaPriangan.com belum lama ini.

Baca Juga: Cari Toilet di Rest Area Heritage KM 260B Banjaratma Brebes Sering Tersesat, Ternyata Ini Jawabannya

Sang empunya hajatan biasanya menghubungi secara langsung ke rumah tetangga atau kerabat untuk meminta rewang di rumahnya.

Bahkan ada juga yang tanpa diminta bantuan pun secara sukarela datang ke rewangan dan membantu dengan sigap.

Dengan adanya rewang tersebut, sudah pasti semua pekerjaan masak di dapur sang punya hajat menjadi terkoordinasi.

Baca Juga: Ini Keajaiban Masjid Al Amin Desa Kinahrejo Kabupaten Sleman Saat Gunung Merapi Meletus Tahun 2010

Nasi punjungan yang telah disiapkan dan hendak diantarkan pun tepat waktu.

Hal ini tentu saja menjadi ujung tombak kesuksesan para Ibu yang rewang di dapur hajatan.

Selain itu, nasi kenduren serta prasmanan hajatan pun harus tersaji tepat waktu sesuai permintaan sang empunya hajat.

Baca Juga: Bunker Kaliadem Sempat Jadi Tempat Menyeramkan, Kini Jadi Favorit Kunjungan Turis ke Gunung Merapi

Ini merupakan cerminan koordinasi serta manajemen waktu yang luar biasa.

Budaya gotong royong memang pada akhirnya selalu berdampak kebaikan dan bermanfaat bagi pelakunya.

Ibu Parmi pun mengatakan, rewang juga berarti sebagai eksistensi diri dan kontrol sosial. Sebagai tetangga yang baik memang sudah sewajarnya bahu-membahu.

“Soal waktu memasak pun sudah direncanakan dengan matang kapan akan selesai karena kami sudah terbiasa melakukannya,” ucap Ibu Parmi.

Masyarakat Jawa  yang berada di Lampung memang tidak menghilangkan budaya leluhurnya.

Rewang akan menjadi tradisi yang tetap lestari meskipun sudah berbeda pulau.

Semoga tradisi ini tetap menanamkan nilai positif. Utamanya, esensi kita sebagai makhluk sosial yang dilahirkan untuk bergantung kepada orang lain.***

Editor: Yurri Erfansyah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x