Warga Desa Lumbu Masih Menurut Pesan Sesepuh, Tidak Berani Tebang Pohon Bambu Sembarang Waktu

- 1 Agustus 2020, 08:45 WIB
ANGKLUNG produksi warga Desa Lumbu sudah dikenal sejumlah wisatawan.*/PARAMA GHALY
ANGKLUNG produksi warga Desa Lumbu sudah dikenal sejumlah wisatawan.*/PARAMA GHALY /

Baca Juga: Andalkan Aransemen Gitar Akustik, Jacqueline Bawakan Lagu Kangen

Perajin angklung di Desa Lumbu mempercayai, bambu yang ditebang di luar musim tanam banyak mengandung hama.

Kearifan local lainnya yang masih dijaga, yakni mereka tidak menebang bambu pada hari pasaran Legi.

Penebangan bambu pun lebih banyak dilakukan di pagi hari. Setelah ditebang, bamboo harus dikeringkan selama satu tahun.

PERAJIN angklung di Desa Lumbu belajar secara otodidak.*/PARAMA GHALY
PERAJIN angklung di Desa Lumbu belajar secara otodidak.*/PARAMA GHALY

Baca Juga: Sepuluh Orang Meninggal Setelah Minum Sanitiser dengan Air

Dengan memperhatikan hal-hal itu, perajin angklung Lumbu berkeyakinan angklung yang dihasilkannya berkualitas.

Pendi mengungkapkan, sekali melakukan penebangan paling menghasilkan bambu dalam dua mobil. Kalau dihitung mungkin ada sekitar 200 batang bambu.

Jumlah bambu tersebut diperuntukan produksi selama satu tahun.Permasalahannya, saat datang pesanan angklung dalam jumlah banyak, sementara stok bambu sudah habis.

Baca Juga: 150 Warga Kampung Saparako Jajaway Terima Paket Sembako

Halaman:

Editor: Parama Ghaly


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x