Permintaan pesanan kadang harus ditunda, karena perajin tidak berani menebang bambu di sembarang waktu.
“Perajin pun tidak bisa menebang bambu dalam jumlah banyak pada waktu yang pas. Itu terkait dengan permodalan yang dimiliki. Pas musim tebang, modal tidak ada. Sebaliknya pas dapat modal, namun bukan waktunya untuk menebang bambu,” tutur Pendi.
Sebenarnya, para perajin angklung di Desa Lumbu cukup mendapat perhatian dari Pemerintah Kabupaten Kuningan.
Baca Juga: DPRD Pangandaran Pilih Sapi Jantan Untuk Hewan Kurban, Ini Alasannya
Dalam hal promosi dan pemasaran, perajin angklung di sana sudah merasakan peran pemerintah.
Namun, para perajin masih berharap bisa mendapatkan permodalan, terutama pas musim tebang bambu.
Dengan memiliki modal yang besar, tentunya para perajin bisa melakukan penebangan sekaligus menyetok bamboo dalam jumlah banyak.
Baca Juga: Penampilan Panitia Kurban Mirip Petugas Medis, Warga Tak Boleh Mendekat
Pesanan angklung produksi perajin Desa Lumbu, sebagian besar datang dari Wilayah 3 Cirebon.
Terutama instansi-instansi pemerintah dan sekolah, sudah percaya dengan angklung buatan perajin Desa Lumbu.