Moskow Merasa Lega China Memberi Dukungan, Invasi ke Ukraina Membuat Rusia Terisolasi

2 Maret 2022, 20:13 WIB
Ilustrasi mata uang rubel Rusia.* /Pixabay /Daniel Dan outsideclick

ZONA PRIANGAN - Rusia makin terisolasi setelah sejumlah negara memberikan sanksi ekonomi. Nilai tukar mata uang rubel pun anjlok.

Namun, Rusia masih bernapas setelah China memutuskan untuk tidak mengikuti kebijakan negara Blok Barat.

China tidak bergabung dengan Amerika Serikat (AS) dan sekutunya untuk memberikan sanksi terhadap Rusia yang menginvasi Ukraina.

Baca Juga: Pesawat Tak Berawak Ukraina Hancurkan Konvoi Puluhan Tank Rusia di Kota Bucha, 6.000 Pasukan Kremlin Tewas

Bank reguler China hari ini mengungkapkan Beijing tetap menjalin hubungan kemitraan dengan Moskow.

Langkah ini merupakan dorongan besar bagi Vladimir Putin karena China adalah pembeli besar minyak dan gas Rusia.

Sementara ekspor minyak dan gas Rusia saat ini ditolak oleh seluruh dunia, lapor The Sun.

Baca Juga: Peraih Medali Emas Olimpiade Alina Kabaeva Sempat Dikabarkan Jadi Kekasih Presiden Rusia Vladimir Putin

Itu berarti Rusia masih dapat meraup jutaan dolar dari Beijing meskipun seluruh dunia memberlakukan sanksi yang menyebabkan rubel hancur.

Guo Shuqing, Ketua Komisi Regulasi Perbankan dan Asuransi China, mengatakan: "Kami tidak akan bergabung dengan sanksi seperti itu."

"Kami akan menjaga pertukaran ekonomi, perdagangan, dan keuangan yang normal dengan semua pihak terkait," ujar Guo Shuqing.

Baca Juga: Ukraina Lumpuhkan Dua Regu Pembunuh dari Chechnya, Nyawa Volodymyr Zelensky Selamat Berkat Bantuan Intel Rusia

"Kami tidak setuju dengan sanksi keuangan, terutama yang diluncurkan secara sepihak, karena tidak memiliki dasar hukum yang kuat dan tidak akan berdampak baik," tambahnya.***

Editor: Parama Ghaly

Sumber: The Sun

Tags

Terkini

Terpopuler