Sarung Majalaya Masih Menumpuk Pabrik Tetap Beroperasi, Opa Teguh: Kasihan Sama Pekerja

- 23 Juli 2020, 08:50 WIB
KARYAWAN mengemas sejumlah sarung khas Majalaya yang masih menumpuk belum dipasarkan.*/ENGKOS KOSASIH/GALAMEDIA
KARYAWAN mengemas sejumlah sarung khas Majalaya yang masih menumpuk belum dipasarkan.*/ENGKOS KOSASIH/GALAMEDIA /

Baca Juga: Umuh Muchtar Sejatinya Bobotoh Asli Persib

Artinya, pihak pengusaha hanya menyediakan mesin tekstil, bangunan dan tenaga kerja. Sedangkan bahan baku benang dan barang-barang lainnya dikirim oleh pemilik barang tersebut.

"Pemilik mesin dan bangunan hanya mengandalkan dari hitungan produksi per kodi, setelah diambil biaya tenaga kerja, pembayaran listrik dan suku cadang. Tapi dengan cara ngamaklun pun dituntut harus memperbanyak produksi karena untuk mengimbangi biaya penggunaan listrik dan pembayaran tenaga kerja," katanya.

Selain dengan cara ngamaklun, imbuh Opa, ada di antara pelaku usaha pabrik tekstil yang mencoba mengembangkan usaha pertanian hortikultura.

Baca Juga: Warga Ciheulang Hibahkan Lahan untuk Pembangunan Jalan Tembus

Dengan harapan dari hasil penjualan produksi pertaniannya itu bisa memenuhi kebutuhan operasional pabrik tekstil.

Para pengusaha pabrik tekstil juga tidak ingin menghentikan usahanya, sementara usahanya itu warisan yang turun temurun dari keluarganya.

Apalagi Majalaya itu terkenal dengan produksi tekstilnya sampai ke berbagai negara.

Baca Juga: Vaksin Covid-19 Dari China Siap Diujicoba di Indonesia

"Jadi jika kita mampu mempertahankan usaha pabrik tekstil ada kebanggaan tersendiri. Sementara kalau berbicara laba disaat pandemi Covid-19, rasanya bagi kami sudah bisa bertahan juga sudah untung," ungkapnya.

Halaman:

Editor: Parama Ghaly


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah